REPUBLIKA.CO.ID, IDOMENI -- Sekitar 2.000 pendatang menyeberang ke Makedonia pada Kamis (21/1) dalam suhu sangat dingin sesudah negara itu membuka kembali perbatasannya secara bersyarat dengan Yunani setelah menutupnya sementara.
"Penyeberangan perbatasan bagi pendatang di dekat Gevgelija (kota perbatasan Makedonia) dibuka kembali pada pagi dinihari ini, namun hanya bagi pendatang dengan dokumen pendaftaran di Yunani-nya menunjukkan tujuan akhir mereka Jerman atau Austria dapat masuk," kata pejabat polisi di Skopje kepada media.
Sebagian besar pendatang pengungsi, yang lari dari Suriah, Irak dan Afghanistan, tidur di tenda hangat dan dikelola kelompok bantuan. Di antara mereka adalah keluarga dengan ratusan anak-anak. Setelah Makedonia menutup sementara perbatasannya pada minggu ini, kelompok bantuan telah memperingatkan bahwa sumber daya mereka telah diperluas hingga kapasitasnya.
"Jika arus ini terus berlanjut tidak akan ada kemungkinan akan akomodasi. Di sini sangat dingin pada malam hari. Pada fajar hari ini suhunya mencapai minus tujuh derajat celsius," kata Antonis Rigas, kepala misi Dokter Tanpa Batas di garis depan bagian Yunani kepada media.
Makedonia pada Rabu mengatakan menutup perbatasannya dengan Yunani karena permasalahan kereta Slovenia, yang mengganggu arus pendatang, yang bergerak lebih jauh ke arah utara. Namun, kepolisian Yunani membantah bahwa perbatasan itu telah ditutup sehari sebelumnya.
Perusahaan kereta api Slovenia, Slovenske Zeleznice bersikeras bahwa mereka memberikan pelayanan seperti biasanya.
Baca juga: Sejarah Hari Ini: Candi Borobudur Dibom Ekstremis