REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pengamat berpendapat Taliban, Rabu (20/1), mengirimkan pesan terkait pembantaian di kampus. Isi pesan tersebut adalah penumpasan pasukan pemerintah terhadap kelompok keras tersebut gagal dan mereka dapat mencapai sasaran sesuai dengan keinginan.
Pembantaian di Universitas Bacha Khan menewaskan 21 orang dan menghilangkan rasa aman dalam kekacauan di Pakistan, yang terjadi setahun setelah serangan maut kelompok keras di sekolah dekat Peshawar pada 2014. Kedua peristiwa itu sama mengerikan dan yang menunjukkan kegagalan pemerintah dan militer.
"Peristiwa itu terjadi lagi. Staf dan para pelajar kembali menjadi martir. Pemerintah telah gagal. Mereka tidak mampu memberikan kami rasa aman," kata Zaheeruddin, ayah dari Kashan Zaheer, siswa kelas sembilan yang mengalami luka-luka dalam serangan yang dia melihat ada orang bersenjata Taliban menyerbu sekolahan di Peshawar dan membunuh lebih dari 150 orang, sebagian besar anak-anak pada 2014.
Serangan Peshawar, dilakukan oleh faksi Taliban yang sama-sama mengklaim serangan di dekat Charsadda, memacu militer menggencarkan penyerangan di wilayah suku yang dikendalikan kelompok garis keras tanpa aturan hukum. Militer membunuh ribuan orang dalam serangan dan pembersihan di wilayah yang berbatasan dengan Aghanistan itu.
Pemerintah mengumumkan Rencana Aksi Nasional yang digembar-gemborkan untuk membasmi ekstremisme, termasuk membentuk pengadilan militer dan memberlakukan kembali hukuman mati setelah penangguhan selama enam tahun.
Prakarsa tersebut dibarengi dengan pembinaan 2015 sebagai akhir dari serangkaian serangan mematikan kelompok militan sejak membentuk Tehreek-e-Taliban Pakistani (TTP) pada 2007.
"Akan tetapi, serangan Bacha Khan telah menjadi pesan meskipun dalam tekanan, mereka bisa menyerang bebeberapa sasaran. Terbunuhnya anak-anak muda membawa sejumlah penderitaan, kesedihan, dan keputusasaan yang membangkitkan emosi terhadap peemrintah, serupa dengan pemerintah yang mengklaim telah merusakkan pendukung teroris," kata Saad Khan selaku pengamat senior dari Peshawar dan pensiunan militer berpangkat brigadir.
Pengamat pertahanan dan keamanan Talat Masood menganggap pemerintah dan militer gagal melaksanakan tugasnya. "Ini kesamaan pola. Mereka sedang menantikan sasarannya melunak dan ini tidak mungkin memberikan rasa aman, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat perbatasan (dengan Afganistan)," katanya.