REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Agama mesti menjadi jembatan, bukan ganjalan, antarmanusia, kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kepada peserta konferensi di Kota Marrakesh, Marokko, mengenai agama minoritas di negara Muslim.
"Dialog antar-kepercayaan perlu dan mendesak. Para tokoh agama memiliki tanggung jawab untuk membantu menjembatani perbedaan di masyarakat mereka," kata pemimpin PBB itu di dalam pesan bagi konferensi dengan judul The Rights of Religious Minorities in Predominantly Muslim Lands: Legal Framework and A Call To Action yang diluncurkan pada Senin pagi (25/1) di Marrakesh.
"Tak ada obat cepat, dan penyelesaian harus datang dari dalam," kata Ban. Ia menyerukan kerja sama guna memelihara martabat dan menghilangkan perbedaan di seluruh Timur Tengah.
Ia menyatakan PBB akan terus mendukung upaya guna mengakhiri lingkaran kerusuhan dan diskriminasi, termasuk melalui gagasan Aliansi Peradaban, Upaya Front Hak Asasi Manusia dan Rencana Aksi untuk Mencegah Esktremisme Kekerasan, yang baru dikeluarkan.
Ia menekankan sejarah Timur Tengah kaya akan contoh hidup berdampingan dan pluralisme. Ban juga memperingatkan konflik yang tak terselesaikan hari ini, ekstremisme kekerasan dan ketidak-adilan membahayakan rakyat di wilayah tersebut, menghancurkan tatanan sosial yang berusia berabad-abad dan merusak kemajuan ekonomi dan sosial. Pertemuan tiga hari tersebut dihadiri oleh tokoh kenamaan, ahli, pemimpin agama dan pejabat pemerintah.