REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Dalam tiga hari terakhir, badai musim dilaporkan menerpa sejumlah kota besar di Palestina. Terakhir, Selasa (26/1) waktu setempat, badai tersebut memicu hujan salju turun di Yerusalem, Hebron, dan sebagian besar Ramallah. Salju turun pertama kali di Tepi Barat, Senin (25/1) kemarin. Salju itu menumpuk di sejumlah daerah dataran tinggi.
Selain itu, dalam tiga hari terakhir, cuaca dingin di Palestina juga diikuti dengan hujan ringan, wilayah Palestina diwarnai dengan hujan secara terus-menerus dan salju.
Berdasarkan Middleeastmonitor, Rabu (27/1), sejumlah insiden banjir dilaporkan terjadi di Jalur Gaza. Kondisi ini diperparah dengan angin kencang yang terus bertiup sepanjang jari.
Bahkan, sekolah-sekolah di sekitar Tepi Barat memilih untuk menghentikan aktivitas belajar-mengajar. Penghentian kegiatan tersebut sudah berjalan sejak akhir pekan lalu atau dalam tiga hari terakhir.
Langkah ini dilakukan lantaran di ruang-ruang kelas yang ada tidak dilengkapi oleh pemanas. Akhirnya, pihak sekolah meniadakan kegiatan sebagai bentuk langkah antisipasi meningkatnya suhu dalam beberapa hari mendatang.
Sementara Rumah Sakit dan Instansi Pemerintah di seluruh wilayah Palestina telah diminta untuk terus bersiaga selama musim dingin kali ini. Hal ini sebagai bentuk antisipasi musim dingin ekstrim yang terjadi dalam dua tahun terakhir.
Pada 2014, sejumlah warga Palestina sempat diungsikan lantaran musim dingin ekstrim. Hal serupa terjadi pada 2015, saat badai salju melanda Palestina dan tumpukan salju membuat sejumlah jalan-jalan utama tidak bisa dilalui.
Baca juga, Gaza Banjir, Warga Semakin Merana.
Kendati begitu, hingga saat ini, belum ada peningkatan pembelian mesin pemanas sementara oleh para penduduk Palestina, terutama di Ramallah. Selain itu, lembaga prakiraan cuaca setempat pun telah memprediksi adanya peningkatan suhu dalam beberapa hari mendatang.