Kamis 28 Jan 2016 09:09 WIB

Ban Ki-moon: Anak-Anak Palestina Sudah Kehilangan Harapan

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Sekjen PBB Ban Ki-moon
Foto: AP
Sekjen PBB Ban Ki-moon

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Di tengah perhatian negara-negara Timur Tengah dengan konflik kekerasan yang terus berlangsung di kawasan, perhatian ke Palestina semakin minim dan terus terjepit di bawah pendudukan Israel. Sekjen PBB Ban Ki-moon menegaskan hal ini saat pembukaan sidang Komite PBB 2016 tentang Hak Mutlak Palestina.

Ban mengatakan, ia dapat memahami mengapa warga Palestina kehilangan harapan dalam menghadapi 50 tahun masa pencaplokan Israel. "Anak-anak muda khususnya telah kehilangan harapan," katanya dilansir dari UN.Org, Rabu (27/1). (Dikritik Ban Ki Moon, Netanyahu Uring-uringan).

Pernyataan Ban yang menjadi kecaman Israel ini disampaikan sehari setelah Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan warga Palestina ke warga sipil Israel, bentuk dari kefrustrasian mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Ban pun mengimbau Israel mengubah pola kebijakannya, terutama soal pemukiman dan lain sebagainya.

"Mereka marah dengan kebijakan menyesakkan dari pendudukan Israel. Frustrasi menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka menyaksikan permukiman Israel terus meluas di Tepi Barat, Yerusalem. Mereka kehilangan kepercayaan, termasuk kepada pemimpin sendiri, memberikan rekonsiliasi nasional, dalam impian Palestina berdaulat," kata Ban.

Ban melanjutkan pidatonya, "Orang-orang Palestina telah melalui lebih dari setengah abad hidupnya dalam pendudukan Israel. Mereka mendengar berbagai dukungan dan kutukan dari berbagai dunia atas pendudukan selama setengah abad tersebut. Tapi, itu semua tidak bisa mengubah apa pun. Anak-anak kini telah menjadi kakek-nenek, tapi hidup tak berubah. Kami mengeluarkan pernyataan ini, juga sangat prihatin dan hanya bisa menyuarakan solidaritas."

Setelah pidato Ban tersebut, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengutuk pernyataan Ban Ki-moon tersebut. Netanyahu mengatakan, Israel tidak bisa menerima kata-kata Ban tersebut, yang ia nilai bisa memancing teror dan kekerasan baru terhadap warga Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement