REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Iran menentang pergerakan musuh regionalnya, Arab Saudi untuk duduk dalam pembicaraan antara pemerintah Suriah dan oposisi. Iran bahkan menyebut Saudi sebagai teroris dengan topeng baru.
Persiapan untuk pembicaraan damai di Jenewa, Suriah, Jumat (29/1), telah dilanda berbagai kesulitan, termasuk sengketa undangan negosiasi dengan pemerintah Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran dan Rusia.
"Teroris dengan topeng baru seharusnya tidak duduk di meja perundingan bersama perwakilan dari pihak berwenang Suriah," kata Wakil Menteri Luar Negei Iran Hossein Amir Abdollahian dalam konferensi pers saat berkunjung ke Rusia.
Amir Abdollahian meminta Arab Saudi untuk menghentikan tindakannya, yang katanya meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Ia mengatakan, Riyadh berusaha meningkatkan pengaruhnya dalam pembicaraan Jenewa sama dengan memasukkan teroris dalam daftar oposisi.
"Kami percaya bahwa desakan Arab Saudi termasuk teroris yang nampak, dalam satu daftar atau lainnya, tentu bukan tindakan konstruktif," kata dia.
Koalisi yang dipimpin Saudi dan negara Barat mendesak Assad untuk pergi dari negaranya sementara Iran dan Rusia berada di belakang Assad. Perang di Suriah merugikan penduduk dan memicu arus pengungsi di Eropa.