Jumat 29 Jan 2016 10:33 WIB

Finlandia dan Swedia Deportasi Pengungsi, Jerman Perketat Kebijakan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah keluarga pengungsi berjalan sepanjang pantai setelah melintasi lautan
Foto: AP
Sebuah keluarga pengungsi berjalan sepanjang pantai setelah melintasi lautan

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Jerman memperketat kebijakan suaka setelah Finlandia dan Swedia mengumumkan rencana mendeportasi puluhan ribu orang dalam upaya mengatasi krisis migran.

Wakil Kanselir Sigmar Gabriel mengumumkan Jerman akan menempatkan Aljazair, Maroko dan Tunisia pada daftar negara aman. Ini artinya peluang migran dari negara-negara tersebut sangat kecil untuk mendapat suaka. Beberapa migran juga akan diblokir dari membawa keluarga mereka untuk tinggal bersama di Jerman selama dua tahun.

Aturan ketat Jerman ini datang setelah menerima 1,1 juta migran pada 2015, banyak dari mereka merupakan pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Suriah.

Kanselir Angela Merkel berada di bawah tekanan sengit dalam beberapa bulan terakhir untuk membalikkan kebijakan penerimaan pengungsi perang dan penganiayaan. Hal ini akibat adanya serangan Paris dan serangan kejahatan tahun baru di Cologne.

Finlandia bergabung dengan Swedia pada Kamis (28/1) mengumumkan rencana mendeportasi puluhan ribu pencari suaka. Kedua negara menerima angka kedatangan tertinggi per kapita di Uni Eropa. Direktur Kementerian Administrasi Paivi Nerg mengatakan, Pemerintah Finlandia akan mendeportasi sekitar dua pertiga dari 32 ribu pencari suaka yang tiba pada 2015.

"Pada prinsipnya kita berbicara sekitar dua pertiga, yang artinya sekitar 65 persen dari 32 ribu akan mendapatkan keputusan negatif (pada aplikasi suaka mereka)," katanya dilansir dari The Guardian, Jumat (29/1).

Di negara tetangga, Menteri Dalam Negeri Swedia Anders Ygeman mengatakan, pemerintah berencana selama beberapa tahun untuk mendeportasi hingga 80 ribu orang yang aplikasi suakanya ditolak.

"Kita berbicara sekitar 60 ribu orang tapi jumlahnya naik menjadi 80 ribu," katanya kepada media Swedia. Sama seperti di Finlandia, ia melanjutkan, operasi akan memerlukan penggunaan pesawat carteran khusus.

 

Baca juga:

Bersikeras Sajikan Wine, Jamuan Makan Rouhani dan Hollande Batal

Basmi Militan, Polisi Australia Serbu Bangunan di Melbourne

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement