REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pembicaraan damai Suriah kembali berisiko gagal, setelah pihak-pihak bertikai gagal menyetujui pernyaratan. Negosiator mengatakan mereka hanya akan pergi ke Swiss jika berbagai syarat seperti mengakhiri serangan udara dan pengepungan terpenuhi.
Dilansir Al Jazeera, kelompok oposisi utama Suriah mengatakan tak akan menghadiri pembicaraan damai yang dijadwalkan dimulai di Jenewa pada Jumat (29/1). Ini merupakan kemunduran lain dalam upaya diplomatik mengakhiri perang lima tahun di Suriah.
High Negotiations Committee (HNC), komite oposisi yang dibentuk di Arab Saudi bulan lalu, mengatakan delegasi tak akan menghadiri pembicaraan karena mereka belum menerima jawaban meyakinkan dari PBB.
Mereka meminta beberapa syarat termasuk pencabutan pengepungan, menghentikan serangan udara dan pembebasan tahanan yang salah tahan.
"Untuk hal tertentu kami tak akan menuju ke Jenewa dan tak akan ada delegasi dari High Negotiations Committee di Jenewa besok," ujar Anggota HNC George Sabra seperti dikutip Reuters, Kamis (27/1).
Al Jazeera melaporkan, proses perundingan Suriah akan dimulai tanpa salah satu delegasi utama. Beberapa kelompok oposisi selain HNC termasuk kelompok perempuan dan kelompok masyarakat sipil juga belum menerima visa mereka untuk melakukan perjalanan ke Swiss.
Sementara delegasi pemerintah Suriah yang dipimpin Menteri Luar Negeri Walid Al-Muallem sudah menyatakan akan hadir. Pada Kamis, Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura dalam pesan video kepada rakyat Suriah mengatakan, pembicaraan diharapkan dimulai dalam beberapa hari mendatang.
Awal pekan ini, de Mistura mengatakan negosiasi diperkirakan berlangsung selama enam bulan dan akan mendorong gencatan senjata nasional bagi semua pihak. PBB mengatakan konflik Suriah telah menewaskan sedikitnya 250 ribu jiwa dan lebih dari setengah populasi Suriah terlantar atau melarikan diri ke luar negeri.
Baca juga: Puluhan Sekolah di Australia Dapat Ancaman Bom Serentak