REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Januari menjadi bulan mematikan bagi pengungsi dan imigran di sejumlah negara yang terlibat konflik hendak ke Eropa. Sebab, sepanjang Januari jumlah pengungsi yang meninggal dunia dalam perjalanan ke Benua Biru naik hampir 200 persen.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mencatat, sedikitnya 244 pengungsi dan imigran meninggal dunia ketika melintasi Laut Mediterania. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, jumlah imigran dan pengungsi yang tewas 12 sekitar 82 orang. Sementara pada Januari 2014, jumlah yang tewas hanya sekitar 12 orang.
Menurut IOM, 55.528 pengungsi dan imigran tiba di Eropa. Angka Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pun melaporkan 236 tewas atau hilang sepanjang bulan ini dengan kedatangan melalui laut sebanyak 54.518 orang.
Seorang peneliti Human Rights Watch Watch (HRW) yang berbasis di Yunani Eva Cosse mengatakan, banyaknya korban tewas karena lebih banyak orang putus asa untuk melarikan diri dari negara mereka. Mereka melihat Eropa sebagai dataran yang lebih aman.
Meski jarak antara Kepulauan Aegean dan Turki dekat, arus yang kuat dan perahu karet penuh sesak tidak dapat membawa banyak orang. Apalagi, para penumpang mengenakan jaket keselamatan palsu.
"Jika ada kapal karam, mereka tenggelam," ujar Cosse kepada Al Jazeera.