Rabu 03 Feb 2016 14:54 WIB

Sukses Deradikalisasi, Cina Kurangi Hukuman 11 Tahanan Uighur

Angkatan bersenjata Cina saat memeriksa area bekas ledakan bom di stasiun kereta api Urumqi, Xinjiang.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan/c
Angkatan bersenjata Cina saat memeriksa area bekas ledakan bom di stasiun kereta api Urumqi, Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJIJNG -- Pihak berwenang di Xinjiang yang berada di wilayah barat Cina telah mengurangi hukuman 11 tahanan kasus ancaman keamanan negara setelah menyatakan kesuksesan program deradikalisasi, menurut kantor berita nasional Xinhua.

Ratusan orang telah tewas dalam kekerasan yang terjadi di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah menyalahkan kekacauan yang terjadi pada kelompok milisi yang ingin mendirikan negara merdeka dengan nama Turkestan Timur.

Tujuh orang dari para tahanan menerima pengurangan masa tahanan dari seumur hidup menjadi 19,5 hingga 20 tahun, termasuk mereka yang ditahan karena menghasut aktivitas separatis atau ikut serta dalam beragam aksi teror, Selasa malam (2/2).

Empat orang lainnya mendapatkan pengurangan masa tahanan sebesar enam bulan dari masa tahanan awal mereka selama delapan hingga 15 tahun. Seorang juru bicara dari kelompok pengasingan utama Uighur menyebut laporan tersebut sebagai sebuah propaganda politik.

Gubernur Xinjiang, Shohrat Zakir mengatakan penjara-penjara wilayah itu sangat ampuh terhadap usaha-usaha deradikalisasi mereka dalam beberapa tahun terakhir, dengan mayoritas pelaku menjadi warga yang taat hukum. Xinhua menyebutkan hal ini telah dicapai dengan cara mengundang para pemuka agama dan cendekiawan untuk bertemu dengan para tahanan terkait kepercayaan religius yang benar.

Laporan itu mengatakan satu dari pelaku tersebut, Memet Tohti Memet Rozi memiliki hubungan yang dekat dengan Gerakan Islamis Turkestan Timur, kelompok yang disalahkan oleh Beijing atas sejumlah kekerasan di Xinjiang, dan para Taliban di Afghanistan.

"Saya tidak dapat menahan air mata saya ketika mengetahui keringanan hukuman itu," ujarnya. Ia menambahkan dia telah memutuskan hubungan dengan pihak separatis dan teroris dan berusaha untuk menjadi warga negara yang taat hukum.

Media tidak dapat mendapatkan komentar dari para pejabat di Xinjiang, atau dari para anggota keluarga tahanan untuk memverifikasi cerita mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement