Rabu 03 Feb 2016 17:33 WIB

Thailand: tidak Perlu Panik Hadapi Virus Zika

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi gejala tertular virus Zika
Foto: Ist
Ilustrasi gejala tertular virus Zika

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Risiko virus zika menyebabkan epidemi di Thailand sangat rendah meski negara tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi infeksi virus zika di Asia Tenggara.

"Kami menekankan perlunya masyarakat untuk memahami dan mengambil langkah-langkah pencegahan, tapi tidak panik. Orang-orang perlu menyadari virus zika dan epidemi yang sedang berlangsung di Amerika Selatan," kata Direktur Biro Penyakit Tular Vektor, Departemen Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Masyarakat Nippon Chinanonwait diilansir dari Channel News Asia, Rabu (3/1).

(Baca: Penyebaran Virus Zika Bisa Dicegah dengan Program Dengue)

Sejak 2012, Thailand telah melaporkan sembilan kasus infeksi zika yang terkait dengan kondisi neurologis yang disebut microsephaly, dengan rata-rata 2,5 wisatawan tertular virus di Thailand tiap tahunnya. Kasus terbaru yang dikonfirmasi adalah seorang laki-laki Thailand berusia 201 tahun. Ia dirawat di sebuah rumah sakit di ibu kota Bangkok pada 24 Januari dan kehilangan pekerjaan.

Menurut pejabat kesehatan, virus ini jarang berkibat fatal. Pasien biasanya sembuh dalam waktu sepekan dan membuat sulit dideteksi. Namun, sebuah artikel yang diterbitkan tahun lalu dalam American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menunjukkan Thailand termasuk negara yang dapat meluaskan penyaluran virus.

"Saat ini, tidak ada vaksin untuk penyakit ini yang terbaik adalah kita mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko epidemi di masa depan," kata Nipon.

Virus zika telah ada selama setidaknya enam dekade. Thailand pertama kali mencatat kasus infeksi zika pada 2012. Namun tidak ada kasus microsephaly yang telah dilaporkan di negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement