Jumat 05 Feb 2016 08:52 WIB

Rakyat Suriah Pesimistis pada Pembicaraan Jenewa

Konflik berkepanjangan landa Suriah.
Foto: Reuters/Mohammed Abdullah
Konflik berkepanjangan landa Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Rakyat di Damaskus, yang merasa kecil hati akibat kegagalan pembicaraan terdahulu untuk mengakhiri krisis, kini pesimistis dengan pembicaraan yang berlangsung di Jenewa, dan mengatakan pembicaraan tulus mestinya diadakan di Suriah.

Muhammad Al-masri yang bekerja di pemerintah mengatakan kepada Xinhua, "Pembicaraan tersebut tampaknya telah gagal sejak dari awal, sebab negara yang menghadiri konferensi itu tidak memiliki pandangan yang sama."

Ia merujuk kepada tak-adanya koordinasi di kalangan negara adi daya mengenai penyelesaian bagi krisis Suriah. "Saya percaya penyelesaian hanya mesti muncul dari orang Suriah, tanpa melibatkan campur tangan orang asing," tambahnya.

Ia menyalurkan kekhawatiran rakyat Suriah kepada masyarakat internasional, yang tampaknya tak mampu mencapai akhir politik bagi krisis Suriah. Masing-masing negara besar mendukung satu kelompok tertentu untuk memperoleh keuntungan politik di Suriah, dengan kepentingan strategis regionalnya.

Sampai menit terakhir, Komite Perunding Tinggi (HNC), kelompok oposisi dukungan Arab Saudi, tampak enggan bergabung dalam pembicaraan tersebut. Kelompok itu menuntut sejumlah prasyarat sebelum pembicaraan, seperti penghentian pemboman oleh tentara pemerintah di daerah yang dikuasai gerilyawan.

Namun, setelah menyatakan kelompok tersebut menerima jaminan bahwa tuntutannya akan dipenuhi, HNC pergi ke Jenewa untuk menghadiri pembicaraan dengan Utusan Khusus PBB buat Suriah Staffan de Mistura.

Babak baru pembicaraan tersebut adalah yang ketiga setelah dua babak sebelumnya pada 2012 dan 2014, keduanya gagal dan tidak efektif dalam meyakinkan semua pihak yang berperang untuk mengakhiri hampir lima tahun konflik Suriah.

Kelompok oposisi, yang terpecah, adalah penyebab utama kegagalan proses perdamaian itu, selain garis merah Pemerintah Suriah berkaitan dengan Presiden Suriah dan keengganan dalam merundingkan kepergian Presiden Bashar al-Assad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement