REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Setidaknya sembilan warga sipil dan 16 pejuang separatis tewas dalam bentrokan di tenggara Turki, Senin (8/2). Bentrokan terjadi ketika pasukan keamanan mencoba membasmi pejuang Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Pasukan keamanan telah memberlakukan jam malam sebagai bagian dari upaya untuk mengusir PKK. Bagi Turki, kelompok teroris tersebut telah menyatakan otonomi dan menutup seluruh kabupaten di beberapa pusat perkotaan di wilayah tersebut.
Sebagian dari Cizre dan distrik Sur, Diyarbakir telah berada di bawah jam malam sejak Desember. Pihak militer mengatakan, sebanyak 10 dari 16 militan tewas berada di Cizre dan enam lainnya berada di Sur. Angka ini membuat total korban yang tewas di dua tempat tersebut mencapai 749 sejak Desember.
"Ini jelas bahw (PKK) menerapkan metode untuk mengacaukan kota Turki. Dalam hal ini, Cizre adalah kota penting, terletak begitu dekat dengan perbatasan, dieksploitasi untuk menyeberang senjata dan teroris," ujar Perdana Menteri Ahmet Davutoglu pada sebuah konferensi pers.
Pertempuran antara militer dan PKK berkobar pada Juli, merusak gencatan senjata dan membuat pembicaraan damai bergerak lambat. Pembicaraan damai bertujuan mengakhiri pemberontakan tiga dekade yang telah menewaskan 40 ribu orang.
Partai Demokrat Rakyat (HDP) yang berasal dari Kurdi dan partai terbesar di tenggara mengatakan, sembilan warga sipil yang tewas di Cizre sejak Jumat membuat orban tewas mencapai 127 warga sipil sejak Desember.
Davutoglu menolak klaim bahwa warga sipil menjadi target. Ia juga membantah laporan yang menyatakan beberapa orang terluka telah meninggal setelah beberapa hari terdampar di bangunan di Cizre.