REPUBLIKA.CO.ID, Ratusan orang telah berkumpul di selatan Gaza. Ini dikarenakan Mesir untuk pertama kalinya setelah dua bulan lalu, membuka kembali perbatasannya dengan Gaza di Rafah selama dua hari.
Ratusan warga ini berharap dapat melewati persimpangan Rafah keluar dari Gaza menuju mesir. Selama dua hari pembukaan perbatasan, Otoritas Palestina pada Sabtu (13/2) mengatakan Mesir hanya menyetujui untuk meloloskan 765 warga Palestina.
Padahal Ma'an News melaporkan, ada lebih dari 25 ribu orang terdaftar untuk menyeberangi Rafah karena kebutuhan mendesak. Termasuk di 3.500 orang di antaranya yang perlu melakukan perjalanan untuk tujuan medis.
Pada Sabtu, ratusan warga Palestina telah menunggu di dekat pusat olahraga Abu Yousef an-Najjar. Di sana bus akan mengangkut orang ke perbatasan.
Ali Hamed (23 tahun) satu di antara mereka yang menunggu berjam-jam. Ia mengatakan kepada Aljazirah, telah lama diterima di sebuah universitas di Turki.
"Saya bahkan memiliki visa, tetapi saya telah menunggu selama satu setengah tahun, menghabiskan uang saya berusaha keluar (dari Gaza)," katanya.
Ada kekacauan di pusat olahraga di mana banyak orang menunggu antrian panjang untuk giliran mereka diangkut ke perbatasan. Banyak yang berbaring, beberapa di antaranya tampak lelah dan tidur di lantai lapangan basket. Sementara anak-anak umumnya menangis karena kelelahan.
Gaza telah dikepung dengan blokade dari Israel dan Mesir sejak Hamas mengambil kontrol wilayah itu pada 2007. Menurut kelompok hak Israel, Gisha Legal Centre for Freedom of Movement, pemerintah Mesir hanya membuka perbatasan Rafah untuk waktu singkat setiap beberapa bulan.
Mesir memang sangat membatasi masuknya warga Gaza dari Rafah sejak Juni 2013, setelah Presiden Abdel Fattah el-Sisi menjadi presiden menggulingkan Muhammad Mursi. Menurut catatn Gisha dari Januari hingga September 2015 perbatasan Rafah hanya dibuka selama 27 hari saja.