REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- PBB mencatat korban sipil dari perang di Afghanistan sangat tinggi. Angka tersebut bahkan membawa Afghanistan di posisi rekor tertinggi tahun ketujuh berturut-turut pada 2015.
Setidaknya 3.545 orang yang tidak ikut berperang meninggal dan 7.457 lainnya terluka akibat pertempuran tahun lalu.
"Kejahatan yang dilakukan kepada arga sipil benar-benar tidak dapat diterima," kata Kepala Misi Bantuan PBB di Afghanistan, Nicholas Haysom dalam sebuah pernyataannya.
Pertempuran antara pasukan pemerintah yang didukung Barat dan kelompok-kelompok pemberontak membuat banyak warga sipil terjebak dalam baku tembak. Pertempuran darat adalah penyebab utama korban sipil, mencapai 37 persen, diikuti bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri.
Korban di kalangan perempuan melonjak 37 persen. Sementara kematian dan cidera pada anak-anak meningkat 14 persen.
Kenaikan jumlah korban sipil juga disebabkan oleh pasukan militer internasional, terutama oleh sebuah serangan udara Amerika Serikat pada Oktober 2015. AS menyerang rumah sakit tanpa batas dan menewaskan 42 orang dari staf, pasien, anggota keluarga, dan melukai 43 orang lainnya.
Secara keseluruhan, 103 warga sipil tewas dan 67 terluka oleh serangan pasukan asing tahun lalu.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kelompok pemberontak seperti Taliban disalahkan atas sebagian besar kematian dan cidera warga sipil. Penyidik menuduh gerilyawan semakin menggunakan taktik atau melakukan serangan tanpa pandang bulu yang membahayakan nyawa warga sipil.
Sejak PBB mulai sistematis mendata korban sipil di Afghanistan pada 2009, telah mendokumentasikan hampir 59 ribu kematian dan cidera.