REPUBLIKA.CO.ID, TWENTE -- Setidaknya sekitar empat miliar orang di dunia, atau sekitar 2/3 dari populasi dunia, menghadapi krisis air bersih dalam sebulan tiap tahun. Ini merupakan hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli manajemen air dari Universitas Twente, Belanda, Arjen Y. Hoekstra.
Bersama dengan rekannya, Hoekstra menggunakan model komputer dan data-data yang tersedia untuk menilai persediaan air bersih di seluruh wilayah di dunia. Berdasarkan penelitian tersebut, penduduk yang menghadapi kekurangan air bersih tiap bulan dalam satu tahun tersebut separuhnya berada di wilayah Cina dan India.
Selain itu, ada pula beberapa daerah di Bangladesh, Amerika Serikat (terutama negara bagian di sebelah barat), Pakistan, dan Nigeria. Hoekstra menjelaskan, secara umum kondisi kekurangan air bersih itu akan menyebabkan kegagalan panen, sehingga mengakibatkan meningkatnya harga pangan, wabah penyakit, dan kelaparan.
Sementara faktor penyebab suatu daerah mengalami kekurangan air bersih lantaran tingginya kebutuhan air guna keperluan rumah tangga, pertanian, dan industri, di wilayah tersebut. ''Sehingga, level kandungan air tanah bakal menurun drastis, danau dan sungai mengering. Kemudian, pasokan air untuk industri dan pertanian terancam,'' kafa Hoekstra seperti dikutip dari the Guardian, Ahad (14/2).
Hasil penelitian ini, ujar Hoekstra, seolah merevisi hasil penelitian sebelumnya, yang menyebut sekitar 1,7 hingga 3,1 miliar orang kekurangan pasokan air bersih. Hoekstra menyebut, penelitian sebelumnya mengambil sampel yang lebih umum dengan data rata-rata per tahun, tidak menggunakan data per bulan.
''Kekurangan air bersih adalah salah satu ancaman terhadap ekonomi global. Hal ini berdampak langsung terhadap empat miliar orang di dunia. Tapi lantaran sejumlah orang di dunia mendapatkan pasokan makanan dari daerah-daerah terdampak itu, maka ini menjadi tanggung jawab kita semua,'' katanya.