REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Kelompok mafia meraup keuntungan besar dari bisnis pertanian dan pangan di Italia. Menurut sebuah studi yang dirilis Rabu (17/2), mafia meraih penghasilan lebih dari Rp 60 miliar euro atau setara Rp 6,7 miliar dolar pada 2015 dari sektor tersebut.
Laporan dari Asosiasi Pertanian Italia, Coldiretti dan Agro-Food Criminal Observatory mengatakan, para penjahat terorganisir mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang berkepanjangan untuk menguasai lahan pertanian dan perusahaan.
"Mereka menciptakan krisis terhadap citra makanan Italia di dunia. Mereka menempatkan konsumen pada risiko kesehatan, belum lagi risiko lingkungan," kata Kepala Coldiretti, Roberto Moncalvo, dilansir dari Reuters, Rabu (17/2).
Menurut Moncalvo, aktivitas ini mengancam perusahaan-perusahaan agrikultur yang jujur. Studi menunjukkan pengaruh kelompok mafia masih kuat di seluruh negeri. Di Ragusa, yang terkenal dengan produksi tomat, mafia bahkan mencengkeram seluruh sektor pertanian.
Hanya empat dari 102 provinsi di Italia yang tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas ilegal di sektor pertanian. Coldiretti melaporkan, gangster mencetak uang dengan berbagai cara, termasuk pemalsuan produk berharga, seperti minyak zaitun. Mereka juga kuat di jaringan distribusi dan penjualan yang menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen.
Coldiretti mendesak pemerintah memperkuat regulasi guna membela petani dari jeratan mafia. Sektor ini disebutnya bisa mendatangkan keuntungan lebih banyak jika terbebas dari kebebasan terorganisir. Menurut Bank Dunia, pertanian menyumbang 2,2 persen dari PDB Italia dan menyerap empat persen angkatan tenaga kerja.