REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron, pada Sabtu (20/2), mengumumkan akan menggelar referendum bersejarah 23 Juni mendatang. Referendum akan menentukan apakah Inggris akan tetap atau keluar dari Uni Eropa.
Cameron berbicara mengenai hal itu di depan kantornya di Downing Street 10 setelah mengadakan pertemuan langka dengan kabinet pada Sabtu. Dalam pertemuan itu, ia mendapat dukungan untuk merekomendasikan Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
Cameron berkata jika Inggris memutuskan tetap menjadi bagian Uni Eropa, maka ia akan melanjutkan reformasi untuk mengatasi kekhawatiran akan pengangguran. Menurutnya Inggris juga bisa mendapat keuntungan dari migran Uni Eropa yang bekerja di Inggris.
"Aku tak mencintai Brussels, aku mencintai Inggris," katanya. Ia menekankan Inggris tetap dapat yang terbaik dari kedua 'dunia', jika tetap di Uni Eropa akan berada di bawah kesepakatan reformasi yang dicapai pada Jumat (19/2) malam dengan para pemimpin Uni Eropa.
Cameron selama ini memimpin kampanye agar Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Meski banyak skeptisisme di partai konservatif mengenai manfaat mempertahankan hubungan Inggris dengan Uni Eropa.
Pro-kontra terjadi terkait hal ini. Menteri Kehakiman Michael Gove menunjukkan ia berpihak untuk meninggalkan Uni Eropa. Sementara Menteri Dalam Negeri Theresa Mei sepakat dan mendukung Cameron.