Kamis 25 Feb 2016 15:08 WIB

Pengurangan Gas Karbon Satu-satunya Cara Selamatkan Terumbu Karang

Terumbu karang di Australia
Foto: EPA
Terumbu karang di Australia

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Terumbu karang, yang terancam zat asam, hanya dapat diselamatkan dengan pengurangan gas buang karbon dioksida yang sangat banyak, Rabu (24/2).

Rekayasa kimiawi pada perairan di sekitar terumbu karang hanya mungkin dilakukan untuk tindakan berskala kecil. Dalam penelitian yang dipimpin ilmuwan Amerika Serikat, peneliti mencampurkan bahan kimia ke lagun, yang diambil dari gelombang surut di perairan One Tree di Australia.

Rekayasa itu dilakukan untuk membatasi ancaman kecenderungan peningkatan kadar asam secara global, yang semakin membuat terumbu karang lebih sulit membentuk kerangka. Penelitian itu memperlihatkan terumbu dari bagian Karang Penghalang Besar, tumbuh menjadi lebih baik ketika mendapat air laut yang direkayasa kandungannya seperti keadaan sebelum revolusi industri.

Dalam penelitian tersebut, pada awalnya dilakukan dengan mengurung keasaman yang disebabkan oleh faktor kerusakan lain seperti kenaikan suhu dan pencemaran, dan memperingatkan ada tantangan teknis yang mungkin tidak cocok untuk digunakan dalam skala besar, misalnya melindungi teluk dan lagun.

"Langkah nyata dan cara yang lebih langgeng untuk melindungi terumbu karang adalah dengan memangkas lebih banyak gas buang karbon dioksida," kata peneliti Ken Caldeira dari Insttitut Ilmiah Carnegie, Stanford, Kalifornia.

Karbon dioksida membentuk zat asam yang lemah tetapi apabila dicampur dengan air akan meningkatkan kemampuan makhluk, seperti kepiting, lobster dan kerang membuat cangkang pelindung.

"Keasaman laut telah mengambil korban di kawasan terumbu karang. Ini bukan lagi ancaman masa depan, ini sudah nyata sekarang," kata ketua peneliti, Rebecca Albright juga dari Institut Carnegie atas temuannya itu pada Jurnal Alam.

Laporan internasional pada 2013 menyebutkan laju pengasaman laut saat ini adalah yang tercepat dalam 55 juta tahun.

Terumbu karang menyumbangkan nilai ekonomi dunia sebesar 30 miliar dolar AS karena menjadi tempat pemijahan ikan, tempat kegiatan pariwisata atau menjadi pelindung dari badai, menurut lembaga Nasional Kelautan dan Atmosfir AS.

Terumbu juga mendapat ancaman dari kenaikan suhu laut dan fenomena El Nino di Pasifik. Dalam pertemuan Perubahan Iklim di Paris Desember lalu pemerintah dari sejumlah negara setuju untuk memangkas gas rumah kaca.

 

Baca juga: Batu Opal Rp 10 M Diserahkan ke Museum Australia

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement