REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pejabat keuangan dari 20 negara ekonomi terbesar dunia bertemu di Beijing pada Sabtu (27/2). Mereka berjanji menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi global dan menghindari devaluasi untuk meningkatkan ekspor.
Dilansir Voice of America, pada akhir konferensi dua hari di pusat bisnis Cina tersebut para menteri keuangan dan kepala bank sentral dari 20 negara anggota Group 20 (G20) mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka mengakui meningkatnya kerentanan dalam perekonomian global, termasuk arus modal yang mudah menguap, krisis pengungsi Eropa dan kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Pernyataan mengatakan, pertumbuhan ekonomi harus diteruskan dengan kecepatan 'moderat' di negara maju dan tetap kuat di negara berkembang. Pemerintah negara-negara anggota berjanji melakukan reformasi yang dijanjikan sebelumnya untuk membuat ekonomi mereka lebih efisien dan produktif.
Menteri Keuangan Cina Lou Jiwei mengatakan masing-masing negara tak akan didikte oleh keadaan. Ia mengatakan beberapa mampu menstimulus sementara yang lain di mana utang tinggi harus bergerak lebih cepat dari reformasi ekonomi strukural.
"Kami sepakat menggunakan semua alat, seperti moneter, fiskal dan struktural, untuk mendorong pertumbuhan," kata Lou.
Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan, Menteri Keuangan Amerika Serikat Jack Lew menyambut baik kesepakatan untuk menghindari devaluasi mata uang. Ia juga mendesak pemerintah untuk mendorong maju melalui reformasi.
"Kami perlu melipatgandakan usaha kita untuk meningkatkan permintaan global, bukan bergantung pada Amerika Serikat sebagai konsumen dari pilihan pertama dan terakhir," ujar Lew.
Direktur Utama Dana Moneter Internasional Christine Lagarde mendesak anggota kelompok G20 mengambil tindakan kolektif dan sengaja untuk menghindari penggelinciran pemulihan ekonomi.
"Kesimpulan kami, yang saya sampaikan pada anggota G20, tanpa tindakan kolektif dan sengaja sebagai bagian kebijakan anggota dan pelaksanaan, ada risiko pemulihan bisa gagal," ujar Lagarde.
Pertumbuhan ekonomi global berada pada titik terendahnya dalam dua tahun terakhir. Pengamat mengatakan, bahaya resesi meningkat. IMF bahkan memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun ini sebesar 0,2 poin persentase bulan lalu menjadi 3,4 persen. IMF mengatakan, penurunan lain kemungkinan terjadi pada April.