REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Ratusan warga Vietnam di Frankfurt am Main dan sejumlah wilayah sekitarnya pada 28 Februari menggelar demonstrasi di Konsulat Jenderal Cina di Jerman.
Aksi itu digelar untuk memprotes langkah militer Cina di Laut Timur yang meningkatkan ketegangan. Mereka mengadakan sebuah upacara untuk mengenang para pahlawan dan para pejuang yang merelakan nyawa mereka melindungi kedaulatan dan perbatasan negaranya.
Mengenakan kaus berwarna merah dengan gambar bintang emas yang tercetak di bagian depan, para demonstran mengedarkan sejumlah selebaran yang menyatakan kedaulatan Vietnam atas kepulauan Hoang Sa yang dikenal dengan nama kepulauan Paracel, serta atas kepulauan Truong Sa atau kepulauan Spratly di Laut Timur.
Mereka menyerukan sejumlah slogan dan membentangkan spanduk mereka yang menentang penerbangan Cina ke arah Chu Thap atau wilayah karang Fiery Cross. Mereka juga menentang penempatan misil darat ke udara HQ-9 di Pulau Phu Lam dan kegiatan mereka yang terus mengubah sejumlah pulau dan formasi karang menjadi pangkalan militer.
Para demonstran kemudian begerak ke arah Lapangan Roemer untuk menyebarluaskan informasi terkait daratan dan kepulauan milik Vietnam itu. Demonstrasi tersebut menarik perhatian dari warga setempat dan para pelancong yang sedang mengunjungi Frankfurt.
Dalam sebuah konferensi pers biasa yang diadakan pada 25 Februari lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Le Hai Binh, mengatakan Vietnam memiliki kedaulatan yang sah atas kepulauan Hoang Sa dan Truong Sa. Juru bicara itu mengatakan kegiatan yang dilakukan Cina tanpa memperhatikan adanya protes dan kekhawatiran yang diutarakan oleh Vietnam.
"Vietnam menentang keras sejumlah langkah yang sangat menyalahi kedaulatannya dan menuntut Cina berperilaku yang bertanggung jawab untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di wilayah itu dan di dunia dengan rasa hormat terhadap hukum-hukum internasional, seperti Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (UNCLOS) dan Deklarasi tentang Perilaku Pihak di Laut Timur (DOC)," ujar Binh.
Baca juga: Sejarah Hari Ini: AS Uji Coba Bom Hidrogen 14,8 Megaton