Rabu 02 Mar 2016 03:00 WIB

Menyaring Kandidat Presiden AS dengan Super Tuesday

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera Amerika Serikat
Foto: anbsoft.com
Bendera Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AS menggelar Super Tuesday pada 1 Maret. Sebanyak 14 negara bagian dan teritorial akan menggelar primary dan kaukus secara berbarengan untuk mengamankan lebih dari 1.000 delegasi Demokrat dan 600 delegasi Republik.

Calon dari Demokrat membutuhkan 2.383 delegasi dan Republik butuh 1.237 untuk mengamankan posisi nominasi partai. Wakil Duta Besar AS di Indonesia, Brian McFeeters mengatakan Super Tuesday memainkan peran penting untuk memilih kandidat terkuat.

"Biasanya siapa yang memenangkan suara terbanyak akan jadi sulit dikejar di fase-fase setelah ini," kata dia dalam konferensi pers di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Selasa (1/3).

Meski demikian tidak semua nominasi dengan poin terbanyak akan memenangkan pemilihan umum. Political Officer US Embassy in Indonesia, Siri Nair sepakat bahwa para kandidat yang memperoleh suara terbanyak biasanya maju sebagai nominasi. Sehingga ini merupakan ajang penyaringan.

Sejarah Super Tuesday dimulai ketika banyak negara bagian yang hanya memiliki sedikit delegasi. Tidak seperti Iowa, New Hampshire, Nevada dan South Carolina yang sudah menggelar kaukus dan primary lebih dulu. Sehingga negara-negara bagian itu bergabung dalam satu hari untuk memaksimalkan pengaruhnya.

Sebagian besar negara bagian atau teritorial yang ikut dalam Super Tuesday memiliki populasi yang rendah dengan sedikit delegasi. "Dengan menggelar primary secara bersamaan, mereka mengolektifkan efek yang lebih besar," kata McFeeters.

Banyak negara bagian juga memiliki isu nasional dan kepentingan yang sama. Sebagian besar adalah negara-negara bagian di Selatan yang memiliki populasi minoritas. Sejumlah kandidat yang memperoleh suara rendah di Super Tuesday bisa diperkirakan keluar dari pertarungan.

"Entah itu karena mereka menyimpulkan tidak akan menang atau karena jumlah delegasi yang dibutuhkan sulit dikejar, kesulitan dana kampanye atau peliputan media," tambah McFeeters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement