Rabu 02 Mar 2016 09:24 WIB

Di AS, Homoseks Jauh Lebih Berisiko Terjangkit HIV Ketimbang Hetero

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Achmad Syalaby
Statistik HIV AIDS di Indonesia
Statistik HIV AIDS di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan terbaru dari the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa perkembangan virus HIV di negara tersebut kian mengkhawatirkan. Virus menyebar bukan hanya dari hal gaya hidup, melainkan geografi dan ras. 

Ini terlepas dari kenyataan bahwa risiko tertular HIV di AS menurun selama satu dekade terakhir dengan perbandingan 1:78 orang menjadi 1:99 orang. Ilmuwan CDC Jonathan Mermin mengungkapkan, pria dan wanita heteroseksual berada di risiko terendah tertular HIV dengan perbandingan masing-masingnya 1:473 dan 1:241. Untuk laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki atau homoseksual, risiko terkena HIV meningkat menjadi 1:6.

Dia mencontohkan, hampir setengah gay kulit hitam di AS didiagnosis HIV. Kondisi ini mengkhawatirkan sebab mereka berisiko sakit seumur hidup dan tanpa kepastian.

"Mereka membutuhkan penanganan," ujar Mermin, dilansir dari IFL Science, Rabu (2/3). Peneliti menggunakan diagnosis angka kematian penduduk AS sepanjang 2009-2013. Jika hal ini diasumsikan terus berlanjut, CDC memproyeksikan kelompok dari demografi lainnya di AS juga bisa terinfeksi virus berbahaya ini.

Peneliti juga memperhitungkan ras dalam hal ini. Risiko terinfeksi HIV pada gay kulit putih adalah 1:11, tapi gay kulit hitam (Afrika-Amerika) 1:2. Peneliti menegaskan, angka-angka ini tidak boleh diartikan bahwa pria kulit hitam lebih berisiko dari pria kulit putih. Ini hanya mencerminkan tingkat prevalensi berbeda di antara masyarakat.

Akses pelayanan kesehatan dan status sosial ekonomi juga memainkan peran. Berdasarkan geografisnya, 1 dari 13 penduduk di Washington berisiko tinggi terinfeksi HIV, diikuti 1 dari 49 penduduk di Maryland. Risikonya semakin rendah di North Dakota, yaitu 1:670.

Sejauh ini, belum ada vaksin atau obat yang benar-benar ampuh memulihkan HIV. Peneliti menilai, kondom paling efektif mencegah penularan layaknya antivirus. Pembuat kebijakan perlu menggunakan data ini untuk bertindak segera, memberikan akses layanan kesehatan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye dan edukasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement