REPUBLIKA.CO.ID, ZAMBOANGA -- Pemerintah Filipina pada Rabu (2/3) menyelidiki upaya pembunuhan seorang ulama Arab Saudi Sheikh Aidh ِal-Qarni yang terkenal.
Penyelidikan dilakukan setelah pria bersenjata berupaya membunuh Qarni. Al Qarni dan seorang diplomat Arab Saudi Sheikh Turki Assaegh terluka dalam penembakan saat mereka meninggalkan auditorium universitas di kota Zamboanga, di mana ulama ini telah memberikan pidato.
Laki-laki yang belum disebutkan identitasnya itu kemudian tewas ditembak aparat. Polisi Filipina yang mengawalnya telah membunuh penyerang tunggal. Sementara dua tersangka lainnya yang terlihat dengan pria bersenjata itu ditangkap saat mereka mencoba melarikan diri.
"Tersangka muncul dari kerumunan, bergerak mendekati, dan menembak korban karena ia naik mobilnya,’’ kata juru bicara kepolisian kota kepala Inspektur Helen Galvez, seperti dikutip dari laman France 24, Rabu (2/3).
Ia menambahkan pria bersenjata itu kemudian berjalan ke sisi lain kendaraan dan menembak Assaegh. Sebuah kartu izin mengemudi siswa dan kartu identitas pemerintah daerah ditemukan dari pria itu yang mengidentifikasinya sebagai warga Filipina berusia 21 tahun. Tetapi polisi tidak mengesampingkan kemungkinan pemalsuan identitas yang dilakukan pria itu.
Sebuah seragam untuk mahasiswa teknik di Western Mindanao State University, di mana Qarni menyampaikan pidatonya ditemukan tersembunyi di tas punggung laki-laki ini. Namun, para pejabat universitas yang bersangkutan belum mengonfirmasi apakah pria bersenjata itu terdaftar di institusi tersebut.
"Dia (Qarni) telah diterbangkan ke Manila untuk mendapatkan perawatan,’’ menurut pernyataan pemerintah Arab Saudi.
Qarni adalah seorang cendekiawan Islam senior dan ia memiliki lebih dari 12 juta pengikut di Twitter. Dia merupakan penulis buku La Tahzan.
Baca juga: Buku tentang Dendam Imam Samudra Diluncurkan di Melbourne