REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Dewan Iklim Australia menilai negaranya tidak siap menangani meningkatnya gelombang suhu panas ekstrim yang mematikan. Pemerintah Australia didesak segera menyiapkan pendekatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk menangani masalah ini.
Laporan berjudul Pembunuh Diam-Diam: Perubahan Iklim dan Dampak Gelombang Udara Panas yang dirilis Dewan Iklim Australia menyebutkan ada lebih dari 370 orang warga yang meninggal ketika gelombang udara panas melanda pada tahun 2009.Laporan ini juga memperkirakan gelombang udara panas akan semakin sering terjadi, lebih lama dan lebih panas di masa depan.
Jumlah catatan hari dengan suhu udara panas diatas rata-rata di Australia meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Laporan itu juga menyebutkan gelombang udara panas ini telah membunuh lebih banyak warga Australia daripada bencana alam lainnya yang menyebabkan kematian sejak 1890 dibandingkan bencana kebakaran lahan, badai siklon, gempa bumi, banjir dan kombinasi badai hebat lainnya.
Gelombang udara panas ini menimbulkan lonjakan signifikan pada fasilitas publik seperti rumah sakit dan sistem kesehatan menjadi sangat tertekan hingga tidak bisa lagi meningkatkan kapasitas untuk meningkatkan layanan. Pada gelombang panas 2009, info darurat melonjak 46 persen dan ada tiga kali lipat laporan kasus serangan jantung.
"Argumen kami adalah tak seorang pun harus mati dari panas di Australia. Kita tahu udara menjadi sangat panas, dan kita juga tahu ketika gelombang itu datang, kita tahu cukup banyak tentang apa yang dibutuhkan. Apa yang perlu kita lakukan adalah hanya merealisasikannya," kata Dr Liz Hanna, penulis laporan itu.
Australia perlu sangat serius menghadapi masalah gelombang panas. Dr Hanna mengatakan ada kebutuhan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam pengoperasian rumah sakit dan tambahan kapasitas pada layanan darurat.
"Tidak hanya perlu meningkatkan kapasitas untuk merespon apa yang sudah kita miliki, tapi kita perlu menyusun rencana untuk meningkatkan kapasitas kita di sektor yang belum kita alami karena yang terburuk dari masalah ini masih belum terjadi,' katanya.
Dia mengatakan data statistik dari Amerika Serikat menunjukan sejumlah siswa sekolah dasar dan sekolah menengah sangat tersiksa karena gelombang udara panas. "Kita tidak tahu statistik di Australia sekarang ini, kita harap data semacam ini juga akan tersedia," katanya.
Dr Hanna mengatakan butuh waktu cukup lama untuk benar-benar dapat mengubah perilaku masyarakat dalam menyikapi gelombang panas dan memahami kalau gelombang cuaca panas yang ekstrim bisa mematikan. "Ini membutuhkan pendekatan yang mencakup seluruh masyarakat. Orang perlu menjaga diri mereka sendiri dan saling menjaga satu sama lain," katanya.
Fakta bahwa masyarakat masih melakukan kegiatan olahraga disaat cuaca panas ekstrim adalah "kegilaan belaka", kata Dr Hanna. "Amerika menutup semua kegiatan ketika terjadi badai salju. Jadi Australia mungkin perlu melihat saat di mana kita benar-benar harus menjadi sangat serius tentang apa yang kita lakukan dalam menyikapi gelombang panas yang sangat berbahaya," katanya.
Advertisement