Sabtu 05 Mar 2016 09:30 WIB

DPR: OKI Harus Bela Kedaulatan Palestina

Organisasi Kerjasama Islam.
Foto: Wikimedia
Organisasi Kerjasama Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) DPR Rofi Munawar meminta Pemerintah Indonesia serius mendorong negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam membela kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka.

"Penguatan komitmen negara-negara OKI diperlukan, dengan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan keberpihakan kepada Palestina yang selama ini menjadi sasaran agresi Zionis Israel," kata Rofi dalam pernyataan persnya di Jakarta, Sabtu, menanggapi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI pada 6-7 Maret 2016.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berharap KTT OKI itu juga memberikan solusi guna menyelesaikan permasalahan Palestina yang lebih komprehensif dan strategis.

Dia menambahkan sudah saatnya anggota OKI mampu mengembangkan jaringan, menguatkan kekompakan/soliditas, dan komitmen bersama secara terus menerus untuk memperjuangkan kedaulatan Palestina di berbagai forum internasional.

Rofi berpendapat sudah saatnya antarnegara OKI lebih intensif meningkatkan kerja sama, sebab di tengah kelesuan ekonomi global saat ini, kerja sama antarnegara Islam tersebut dapat dimanfaatkan untuk kembali menggairahkan perekonomian yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang lebih kompetitif dan saling menguntungkan.

"Sebagai tuan rumah, peran Indonesia dalam mendukung Palestina, tidak hanya menghentikan kekerasan. Namun juga memperluas pasar-pasar dari negara Islam sehingga membangkitkan kembali perekonomian bangsa Palestina," ujar Rofi.

Ditilik dari sejarah, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah negara Islam mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22- 25 September 1969. Lalu, lahirlah Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan pada Piagam PBB dan hak asasi manusia.

Pembentukan OKI awalnya didorong oleh keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi umat Islam, khususnya setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement