Ahad 06 Mar 2016 10:00 WIB

Isu Imigran Jadi Bahasan Utama Uni Eropa

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah imigran berjalan kaki setelah menyeberang ke Serbia dari Babska, Kroasia, Senin (19/10). Negara Balkan terjebak dengan populasi imigran yang melonjak setelah Hongaria menutup perbatasannya dan Slovenia membatasi masuknya imigran. Mereka mencoba me
Foto: Reuters
Sejumlah imigran berjalan kaki setelah menyeberang ke Serbia dari Babska, Kroasia, Senin (19/10). Negara Balkan terjebak dengan populasi imigran yang melonjak setelah Hongaria menutup perbatasannya dan Slovenia membatasi masuknya imigran. Mereka mencoba me

REPUBLIKA.CO.ID,  ATHENA -- Masuknya pengungsi dan migran dalam jumlah besar telah menyebabkan bahasan utama Uni Eropa, meski Presiden Eropa Donald Tusk pesimis dengan pertemuan puncak bersama Turki di Brussels.

Para pemimpin Eropa diperkirakan akan menggunakan KTT untuk menekan Turki mengambil kembali migran yang lebih besar dari Yunani untuk mengurangi aliran orang di seluruh Laut Aegea.

Kanselir Jerman Angela Merkel yang merupakan pemain kunci dalam drama migran Eropa mengatakan, Yunani seharusnya lebih cepat mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah 50 ribu orang di bawah kesepakatan dengan Uni Eropa Oktober lalu.

"Yunani seharusnya telah menciptakan 50 ribu tempat akomodasi untuk megungsi pada akhir 2015," kata Markel kepada surat kabar Bild.

Ia melanjutkan, keterlambatan ini harus ditangani sesegera mungkin. "Yunani harus menyediakan penginapan yang layak untuk pencari suaka," tambahnya.

Sementara itu, tetangga Jerman Austria menegaskan kembali seuannya bagi Jerman untuk membuat kuota tahunan pengungsi. Tahun lalu 1,1 juta migran tiba di Jerman di bawah kebijakan suaka liberal Merkel.

Kanselir Austria Werner Faymann dalam sebuah wawancara dengan harian Kurier mengatakan, Jerman harus menentukan angka untuk jumlah pengungsi yang dapat diterima.

"Pada akhirnya, Jerman harus jelas tentang hal-hal ini jika pengungsi akan terus berdatangan ke sana," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement