Ahad 06 Mar 2016 20:51 WIB

Menlu Tegaskan Kembali Pentingnya KTT OKI

Rep: Gita Amanda/ Red: Didi Purwadi
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.
Foto: Republika/ Wihdan
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L.P Marsudi, Ahad (6/3) membuka dan memimpin pertemuan luar biasa tingkat menteri ke-5 Organisasi Kerja Sama Islam (PTM OKI) untuk Palestina dan Al-Quds Al-Sharif di Jakarta.

Dalam pidato pembukaan PTM OKI, Menlu RI menegaskan kembali pentingnya KTT OKI LB. “Semakin lama kita menunggu, semakin terkubur hak-hak dasar dan kebebasan masyarakat Palestina,” tegas Menlu RI seperti dikutp dari pernyataan pers Kementerian Luar Negeri.

Retno mengatakan pertemuan hari ini adalah untuk memperkuat outcome dokumen yang akan dibahas para kepala negara besok tanggal 7 Maret 2016. Selain itu, Pertemuan Luar Biasa OKI ini adalah bagian dari peran aktif Indonesia di dunia internasional sebagai pilar ke-empat prioritas politik luar negeri Indonesia.

Menlu RI menekankan bahwa isu Palestina tidak dapat diselesaikan hanya oleh satu negara, karenanya KTT diharapkan untuk menghasilkan resolusi bersama yang menegaskan kembali posisi prinsip dan komitmen OKI untuk mendukung Palestina dan Al-Quds Al-Sharif. Indonesia menurutnya juga menggagas agar pertemuan ini dapat menghasilkan Jakarta Declaration yang memuat langkah-langkah konkrit yang akan dilakukan bagi Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.

Menlu RI, pada pidato pembukaannya juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk menyumbangkan bantuan total 1,5 juta dolar Amerika Serikat setiap tahunnya dalam beberapa tahun ke depan untuk membantu rakyat Palestina. Sebelumnya, Indonesia juga telah menyumbangkan satu juta dolar AS untuk Palestina melalui UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA).

Indonesia menjadi tuan rumah konferensi tingkat tinggi ke-5 OKI untuk Palestina dan Al Quds Al Sharif pada tanggal 7 Maret 2016, pertemuan ini dihadiri oleh 605 delegasi dari 57 negara dan 2 Organisasi Internasional serta akan diliput oleh lebih dari 500 wartawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement