REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kelompok monitor Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan, Ahad (6/3) menjadi hari paling tenang sejak gencatan senjata di Suriah dimulai pada pekan lalu.
‘’Ahad adalah hari paling tenang sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 27 Februari 2016,’’ kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman kepada AFP.
Abdel Rahman mengatakan rata-rata jumlah kematian warga sipil dalam sehari telah menurun sampai 90 persen sejak gencatan senjata mulai berlaku sembilan hari lalu.
Namun, kata dia, puluhan roket masih ditembakkan oleh front Al-Nusra karena kelompok itu tidak dilibatkan dalam gencatan senjata. Begitupula faksi pemberontak pasukan Kurdi di kota Aleppo.
‘’Kekerasan itu menewaskan 14 orang, setidaknya sembilan warga sipil, dan puluhan lainnya luka-luka,’’ menurut laporan setempat.
Pengeboman berat juga terjadi di wilayah yang dikuasai Al-Nusra dan kelompok militan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan faksi militan lain yang tidak termasuk dalam gencatan senjata.
Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan bahwa pembicaraan damai antara pemberontak dan rezim Suriah dilanjutkan pada 10 Maret 2016.
Presiden Suriah Bashar al-Assad menolak untuk turun sejak protes damai di awal 2011. Protes menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 270.000 orang dan jutaan pengungsi.
Baca juga, Saudi Siap Kirim Pasukan Darat ke Suriah.