Selasa 08 Mar 2016 19:31 WIB

OKI Diminta tak Putus Asa Bantu Kemerdekaan Palestina

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga Palestina mengibarkan bendera.
Foto: Reuters
Warga Palestina mengibarkan bendera.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan berbagai negara untuk kemerdekaan Palestina sudah cukup luar biasa. Daya tekan dunia internasional terhadap Israel pun sudah sedemikian besar.

Negara-negara Uni Eropa misalnya, telah memaksa Israel untuk menerima kemerdekaan Palestina. Namun hingga kini Israel seolah menganggapnya sebagai angin lalu.

“Semua negara barat sudah melakukannya. Masalahnya, Israel tidak mau, jadinya repot,” kata anggota Komisi I DPR Ahmad Muzani kepada Republika.co.id, Selasa (8/3).

Meski begitu, negara-negara peserta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak boleh berputus asa untuk membantu Palestina. Hingga kini perjuangan Asia-Afrika yang sampai saat ini belum berhasil adalah mewujudkan kemerdekaan bangsa Palestina.

"Harus lakukan tekanan lewat berbagai cara, baik politik, ekonomi, dan diplomasi," ujar politikus Partai Gerindra tersebut.

Menurut dia, tekanan yang dilakukan OKI sudah cukup besar dan maju. OKI pertama kali dibentuk pada 1969 di Maroko sebagai respons atas aksi pembakaran Masjid Al Aqsa di Yerusalem oleh kaum ekstremis Yahudi.

Pada 6 dan 7 Maret 2016, Indonesia menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTTLB) OKI ke-5 atas permintaan Palestina dan OKI. Indonesia menggantikan Maroko yang batal menjadi tuan rumah.

Kesediaan Indonesia tidak lepas dari sokongan terhadap Palestina. Dukungan terhadap Palestina merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari amanat UUD 1945 untuk menghapuskan penjajahan dan melaksanakan ketertiban umum berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement