REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di saat Indonesia masih memperdebatkan skema pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Blok Masela, Malaysia sudah lebih dulu memiliki kilang terapung LNG (FLNG). Kilang yang dibangun perusahaan Malaysia, Petronas itu, diberi nama Petronas FLNG (PFLNG) SATU.
Seperti dikutip dari situs resmi Petronas, Selasa (8/3), seremonial pemberian nama PFLNG SATU diselenggarakan oleh Petronas, bersama dengan mitra strategisnya Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan Technip. Peresmian dilakukan di galangan kapal DSME di Okpo, Korea Selatan, pada Jumat (4/3).
PFLNG SATU memiliki panjang 360 meter (1.180 kaki) dan lebar 60 meter (197 kaki). Kapal FLNGnya akan ditambatkan di lapangan gas Kanowit Malaysia, 180 kilometer (112 mil) lepas pantai Sarawak dan memiliki kapasitas untuk memproduksi 1,2 juta ton LNG per tahun (MTPA).
FLNG ini akan memainkan peran penting dalam upaya Petronas untuk membuka atau memonetisasi cadangan gas di Malaysia yang terletak di lokasi lapangan terpencil.
Presiden dan CEO Group Petronas, Datuk Wan Zulkiflee Wan Ariffin mengatakan, fasilitas LNG terapung menjadi prestasi serta terobosan yang tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi Malaysia.
"PFLNG SATU merupakan bukti kemampuan rekayasa (engineering) Petronas dan mitra-mitranya. Hari ini, kami telah mendorong batas-batas dan menunjukkan aspirasi teknologi kami dengan memiliki pabrik LNG di kapal terapung menjadi kenyataan," kata Datuk Wan Zulkiflee.
Teknologi FLNG dianggap sebagai game changer dalam bisnis LNG global karena fasilitas tersebut membuka peluang untuk memonetisasi sumber gas dari lapangan-lapangan yang jauh. Ini akan menjadi tidak ekonomis untuk dikembangkan jika memakai cara konvensional.
Indonesia sebenarnya sudah lama berencana membangun kilang terapung untuk pengembangan gas alam cair di Blok Masela. Namun, rencana tersebut urung terwujud karena muncul opsi untuk membangun kilang gas alam di darat (onshore).