Kamis 10 Mar 2016 13:47 WIB

Hentikan Zika tak Cukup dengan Penyemprotan

Larva nyamuk Aedes Aegypti yang diduga menyebarkan virus Zika di Brasil.
Foto: AP / Eraldo Peres
Larva nyamuk Aedes Aegypti yang diduga menyebarkan virus Zika di Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Penyemprotan luas untuk menghilangkan nyamuk telah gagal secara signifikan menghentikan penyebaran demam berdarah dan hal tersebut dikaitkan dengan infeksi virus zika.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu (9/3), penekanannya harus diletakkan pada keluarga yang terdaftar dan masyarakat untuk melindungi diri sendiri dan menghilangkan nyamuk pembawa penyakit dari rumah mereka.

Melepaskan nyamuk rekayasa genetika atau meradiasi serangga juga perlu diteliti, namun evaluasi seperti metode baru itu harus dilakukan dengan ketelitian. Pertemuan para ahli selama tiga hari menetapkan dua prioritas utama penelitian, yakni mempercepat pengembangan alat untuk mendiagnosa infeksi zika dan vaksin untuk mencegah penyakit.

Tetapi mereka mengatakan uji vaksin mungkin ketersediannya akan lama untuk mengatasi wabah saat ini. Asisten Direktur Jenderal WHO Marie-Paule Kieny mengatakan para ahli telah memberitahu pada saat pertemuan tidak ada bukti metode tradisonal dalam mengontrol jumlah nyamuk berdampak secara signifikan mengurangi penyebaran dengue.

"Sangat berharga untuk meneruskan mencoba menggunakan metode ini karena kurangnya campur tangan yang lain," ujarnya.

Dia mengatakan nyamuk Aedes aegypti yang membawa zika adalah "kecoanya nyamuk" karena dapat terus berada di dalam ruangan dan sulit untuk dibasmi. Upaya untuk mengontrol hal tersebut harus lebih menargetkan masyarakat dan rumah tangga.

"Kemudian kita akan melihat hal tersebut bekerja atau tidak," kata dia.

Pada Selasa, WHO menyarankan perempuan hamil untuk tidak melakukan perjalanan ke area terkena wabah virus zika karena berpotensi risko cacat lahir dengan mikrosefalia.

 

Baca juga:

AS Interogasi Ahli Senjata Kimia ISIS

Mantan Sopir Suu Kyi Ditunjuk Jadi Kandidat Presiden

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement