Ahad 13 Mar 2016 22:18 WIB

Butuh Nyali Besar untuk Bangun Konsulat di Palestina

Rep: C21/ Red: Didi Purwadi
Pekerja Palestina shalat berjamaah dekat pos pemeriksaan Israel, eyal dekat Tepi Barat di Kota Qalqilya.
Foto: Reuters/Baz Ratner/Files
Pekerja Palestina shalat berjamaah dekat pos pemeriksaan Israel, eyal dekat Tepi Barat di Kota Qalqilya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pemerintah Indonesia membangun Konsulat Kehormatan di Kota Ramallah, Palestina, perlu diapreasi. Keputusan tersebut butuh nyali besar karena tekanan-tekanan politik dari Israel atau negara sekutunya pasti ada.

"Kalau di dalam dunia politik biasa, tapi Indonesia harus memiliki keberanian," ujar Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, Ahad (13/3).

Hasanuddin menuturkan pro dan kontra dalam dunia perpolitikan memang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, Hasanuddin menyampaikan bahwa pemerintah memerlukan dorongan dari rakyat Indonesia yang jumlah warga Muslimnya termasuk terbesar di dunia.

Hasanuddin mengatakan Indonesia baru mendirikan Konsulat di Palestina karena masuk ke dalam kota Ramallah dulu tidak bisa. Namun, melalui perjuangan setahap demi setahap, akhirnya Indonesia dapat mulai masuk. "Ini merupakan keberanian besar untuk membangun konsulat," tutur dia.

Keberanian Indonesia membangun Konsulat Kehormatan di Ramallah mendapat ujian. Karena, Israel melarang Menlu Indonesia memasuki Ramallah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement