REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Beberapa pejabat senior Hamas mengadakan pertemuan babak kedua dengan para pejabat dinas intelijen Mesir di Kairo, Ahad (13/3), guna meredakan ketegangan antara kedua pihak.
Hubungan antara Hamas dan Mesir menjadi tegang setelah penggulingan presiden Mohamed Mursi dari kubu Islam pada 2013.
Seorang pejabat Hamas di Jalur Gaza mengatakan delegasi Gerakan Perlawanan Islam tersebut tiba di Kairo pada Sabtu (12/3) dan secara efektif memulai pertemuan babak pertama.
Hamas mengatakan dalam satu pernyataan pada Sabtu gerakan itu sangat menginginkan tahap baru dalam hubungannya dengan Kairo. Menurut pernyataan tersebut, pembicaraan dipusatkan pada hubungan bilateral dan beban yang dihadapi warga Jalur Gaza, terutama masalah penyeberangan perbatasan, serta perkembangan terkini.
Pernyataan itu juga menekankan Hamas menginginkan kestabilan serta keamanan Mesir dan memelihara hubungan positif dengan Kairo. Sumber tersebut menambahkan HAMAS diundang pejabat keamanan Mesir sebelum menteri dalam negeri Mesir pada Ahad lalu menuduh Hamas terlibat dalam pembunuhan mantan jaksa agung Mesir Hisham Barakat.
Namun Hamas membantah tuduhan itu.
Hamas memutuskan akan memanfaatkan peluang di Kairo untuk memastikan semua tuduhan gerakan tersebut mencampuri urusan dalam negeri Mesir dibantah dan dan palsu. HAMAS berharap untuk juga mencapai kesepahaman mengenai krisis tempat penyeberangan perbatasan Rafah, yang hampir ditutup toal oleh Mesir.
Mesir menengahi pembicaraan gencatan senjata pada 2014 antara Israel dan faksi gerilyawah di Jalur Gaza, dan menengahi kesepakatan pembebasan tahanan antara Palestina dan Israel pada 2011.