Selasa 15 Mar 2016 10:54 WIB

AS-Rusia Beda Pendapat Soal Peluncuran Rudal Iran

Wakil Tetap AS untuk PBB Samantha Power kepada wartawan setelah pertemuan DK mengatakan peluncuran rudal Iran merusak kestabilan, Senin, 14 Maret 2016.
Foto: Mark GARTEN / UNITED NATIONS / AFP
Wakil Tetap AS untuk PBB Samantha Power kepada wartawan setelah pertemuan DK mengatakan peluncuran rudal Iran merusak kestabilan, Senin, 14 Maret 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan (DK) PBB pada Senin (14/3) mengadakan pertemuan tertutup mengenai peluncuran rudal Iran belum lama ini. Amerika Serikat serta Rusia memiliki pendapat yang berbeda mengenai masalah tersebut.

Badan PBB dengan 15 anggota itu bertemu secara tertutup atas permintaan Amerika Serikat, yang mengusahakan reaksi Dewan atas peluncuran dua rudal oleh Iran pada 9 Maret. "Ini pantas mendapat reaksi Dewan," kata Wakil Tetap AS untuk PBB Samantha Power kepada wartawan setelah pertemuan DK.

Saat ini, Washington mendorong DK bertindak mengenai peluncuran rudal Iran, yang digambarkan oleh Power sebagai provokatif dan merusak kestabilan. Namun, Duta Besar Rusia di PBB Vitaly Churkin mengatakan kepada wartawan peluncuran rudal Iran tidak melanggar resolusi Dewan Keamanan.

"Seruan berbeda dengan larangan. Jadi, secara hukum orang tidak melanggar seruan, orang dapat mematuhi seruan atau dapat mengabaikan seruan itu. Ada perbedaan hukum di sini," kata Churkin.

Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), yang membangkang terhadap ancaman AS mengenai pengembangan rudal balistik oleh Iran, pada 9 Maret berhasil melakukan uji coba penembakan dua rudal balistik dalam pelatihan militer di seluruh negeri tersebut.

Rudal Qadr-H dan Qadr-F ditembakkan dari Dataran Tinggi Alborz Timur di Iran Utara dan dapat menghantam sasaran di Pantai Makran di bagian tenggara negeri itu. Masing-masing rudal tersebut memiliki jarak jelajah 1.700 kilometer dan 2.000 kilometer.

Pada awal Maret, Amerika Serikat mengatakan meskipun uji coba rudal balistik oleh Iran belum lama ini tidak melanggar Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA), masalah tersebut dapat menjadi sumber keprihatinan buat Barat dan masalah itu bisa dibahas di Dewan Keamanan.

JCPOA adalah kesepakatan yang dicapai pada Juli antara Iran dan enam negara besar di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, setelah perundingan nuklir yang berlangsung lama. Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan kalau diputuskan uji coba rudal balistik Iran adalah pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB, Iran dapat menghadapi beberapa konsekuensi.

 

Baca juga: 20 Kota di Dunia dengan Pertumbuhan Penduduk Tercepat, Setengahnya Ada di Cina

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement