Selasa 15 Mar 2016 13:13 WIB

Ini Cerita Menlu Retno Setelah Diusir oleh Israel

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Menlu Retno LP Marsudi (kiri) berbincang dengan Konsul Kehormatan RI di Palestina Maha Abu-Shusheh (kanan) dan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq (tengah) seusai pelantikan dan peresmian Konsul Kehormatan tersebut di Amman, Yordania, Minggu (13/3).
Foto: Antara/KBRI Amman-Adam
Menlu Retno LP Marsudi (kiri) berbincang dengan Konsul Kehormatan RI di Palestina Maha Abu-Shusheh (kanan) dan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq (tengah) seusai pelantikan dan peresmian Konsul Kehormatan tersebut di Amman, Yordania, Minggu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Misi Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi untuk melantik Konsulat Kehormatan Indonesia untuk Ramallah telah selesai. Meski Israel melarang rombongan Indonesia masuk ke Palestina.

"Mission accomplished dalam artian tanpa menghiraukan apapun yang dilakukan oleh Israel untuk tidak mengizinkan saya masuk," katanya kepada wartawan, Selasa (15/3).

Pelantikan Konsultan Kehormatan Indonesia dilakukan di KBRI Amman, Yordania. Pelantikan di Yordania tersebut telah diduga Retno sebelumnya. Ia mengatakan, tidak adanya izin untuk masuk Palestina dari Israel diperoleh  pada 12 Maret menjelang tengah malam tanggal 13.

Setelah menerima kabar penolakan, Retno terus melakukan komunikasi dengan Ramallah dan Menteri Luar Negeri Palestina. Pelantikan Maha Abu-Shusheh sebagai Konsulat Kehormatan dihadiri Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki yang melakukan perjalanan darat dari Ramallah menuju Amman.

Dalam pelantikan tersebut, Retno meminta Maha meningkatkan masalah ekonomi kedua negara, walaupun jumlahnya meningkat pesat dari 2014-2015. Peningkatan bahkan mencapai 300 persen. Salah satu tugas dari konsul kehormatan adalah untuk melihat potensi potensi ekonomi.

"Kebetulan madam Maha abu-Shusheh  adalah pebisnis yang memiliki jejaring kerja sangat bagus dan sukses tidak saja di Palestina tapi juga di negara Arab," katanya.

Retno juga membahas pentingnya perlindungan terhadap warga negara Indonesia yang berkunjung ke wilayah Palestina . Dalam satu tahun terdapat kurang lebih 50 ribu orang Indonesia yang melakukan perjalanan ke Palestina.

Dengan adanya jaminan keselamatan, warga negara Indonesia akan merasa lebih nyaman.  Seandainya terjadi suatu hal, ada alamat dan kontak  yang dapat dihubungi sesegera mungkin.

Baca juga, Rabi Yahudi Izinkan Bunuh Warga Palestina, Ini Syaratnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement