REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri Indonesia mempertegas tidak melakukan pertemuan atau pembahasan untuk berkunjung ke Israel. Pernyataan tersebut muncul dalam sebuah artikel yang mengatakan ada kesepakatan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi berencana ke Ramallah dan mampir ke Yerusalem.
"Pertama, tidak pernah ada pertemuan antara Kemenlu RI dan Israel terkait kunjungan Menlu RI ke Ramallah.
Kedua, tidak pernah ada pembahasan, apalagi kesepakatan kunjungan ke Yerusalem dengan pihak Israel," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir, Kamis (17/3).
Ia mengatakan, pengaturan kunjungan Menlu Retno dilakukan sejak Desember 2015. Pengaturan dilakukan dengan Duta Besar Indonesia untuk Palestina yang berkedudukan di Amman dan otoritas Yordania.
Sejak awal, Retno berencana melakukan perjalanan dengan helikopter dan mendarat langsung di landasan helikopter kantor kepresidenan Palestina. Rute tersebut diakui tidak melintasi Israel.
Dalam kesempatan tersebut, Retno hanya berencana berkunjung ke Yordania dan Palestina. Kunjungan ke Amman adalah untuk bilateral dengan Menlu Yordania dan kunjungan kehormatan dengan Perdana Menteri Yordania.
Sementara, kunjungannya ke Palestina adalah untuk bilateral dengan Menlu Palestina dan kunjungan kehormatan dengan Presiden Palestina, juga melantik Maha Abu Shusheh sebagai konsul kehormatan.
"Tidak pernah direncanakan ke tempat lain selain dua itu," kata Arrmanatha atau yang akrab disapa Tata menegaskan.
Baca juga, Ini Cerita Menlu Retno Setelah Diusir Oleh Israel.
Saat ditanya alasan Israel memberi larangan kepada Menlu Indonesia, Tata mengaku tidak peduli. "Tidak peduli apa alasan Israel melarang Menlu masuk. Kita fokus pada misi dan sudah berhasil dilakukan," lanjutnya.
Ia mengaku, sejak awal telah menyiapkan dua skenario, melantik Shusheh di Ramallah atau melantik di Amman. Sebab, konsul kehormatan biasanya dilantik di KBRI yang menaungi negara tersebut dan KBRI di Amman juga menaungi Palestina.