REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY -- Papua Nugini tengah memukimkan kembali ratusan pencari suaka dari Papua Barat sebagai bagian dari kesepakatan, untuk menjadi tuan rumah pusat penahanan Pulau Manus, dengan Australia.
Sebagai bagian dari perjanjian itu, Pemerintah Papua Nugini diminta untuk menyelesaikan nasib para pencari suaka Papua Barat, mereka yang melarikan diri dari konflik berkepanjangan di perbatasan Indonesia. Mereka mengatakan mendapat kesepakatan mentah dibandingkan dengan para pencari suaka dari Timur Tengah.
Simon Auri dari Papua Barat telah menghabiskan 20 tahun terakhir untuk tidur di dalam mobilnya yang ada di Papua Nugini. "Saya seorang manusia, bukan binatang, tapi saya harus hidup di dalam mobil," tuturnya.
Martha Horota, warga Papua Barat lainnya, tinggal di sebuah rumah di Port Moresby dengan sekitar 50 orang lainnya. "Kondisinya kotor di sekitar sini, tak sehat bagi 50 orang tinggal di tempat seperti ini," katanya.
Dua dari orang yang tinggal di rumah itu memiliki pekerjaan, sementara yang lain mendukung keluarga mereka dengan menjual sayuran dan ikan di pasar jalanan.
Pemerintah Papua Nugini memperkirakan, sekitar 10.000 orang warga Papua Barat hidup di negaranya.
Lebih dari 1.000 orang telah mengajukan kewarganegaraan Papua Nugini. Sebagian besar dari mereka tinggal di kamp-kamp di perbatasan Papua Nugini-Indonesia, namun ada juga yang tinggal di ibukota Port Moresby.
Pemerintah Papua Nugini mengatakan, pihaknya akan mengeluarkan orang-orang yang telah mengajukan sertifikat kewarganegaraan pada pertengahan tahun mendatang.
Warga Papua Barat yang telah mengajukan permohonan kewarganegaraan diminta untuk tak berharap kehidupan mereka berubah secara signifikan, tetapi mereka berpikir, Pemerintah Australia bisa membantu dengan beberapa layanan dasar.
Salah satu pencari suaka, Matthew Akari, mengatakan, warga Papua Barat di Papua Nugini tak mendapatkan perlakuan yang sama seperti orang-orang di pusat penahanan Pulau Manus.
"Mereka memperlakukan para pencari suaka di Manus lebih baik dari pencari suaka asal Papua Barat," sebutnya, seraya menambahkan bahwa warga Papua Barat membutuhkan bantuan akan kebutuhan dasar: "Tanah, perumahan, air, cahaya, pendidikan, kesehatan."
Baca juga: Sejarah Hari Ini: Manusia Pertama yang Berjalan di Ruang Angkasa