REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Setidaknya lima orang meninggal dunia dalam serangan bom bunuh diri di salah satu kawasan belanja ternama di Istanbul, Turki, Sabtu (19/3) waktu setempat. Dua dari lima korban itu adalah warga negara Amerika Serikat.
Berdasarkan keterangan dari Menteri Kesehatan Turki, Mehmet Muezzinoglu, lima orang telah dipastikan meninggal dunia akibat serangan bom bunuh diri yang terjadi di Jalan Istiklal tersebut. Sementara 36 orang luka-luka, 12 diantaranya adalah warga negara asing. Dari lima orang korban tewas tersebut diketahui adalah warga negara Amerika Serikat.
''Amerika Serikat mengutuk keras insiden serangan bom yang kemungkinan merupakan serangan teroris di Istanbul hari ini. Dua warga negara Amerika Serikat menjadi korban atas serangan keji tersebut. Doa kami ditujukan untuk kepada para keluarga korban dan bagi semua yang masih terluka, kami doakan untuk bisa segera pulih,'' ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Ned Price, seperti dikutip Washington Post, Sabtu (19/3) waktu setempat.
Lebih lanjut, Ned menambahkan, pemerintah Amerika Serikat dibawah Presiden Barrack Obama akan menawarkan semua bantuan yang ada kepada Turki untuk bisa memerangi aksi terorisme tersebut. ''Kejadian terorisme yang terus berulang ini, harus bisa berakhir,'' ujar Ned.
Jalan Istiklal memang dikenal sebagai salah satu pusat kunjungan turis dan daerah belanja di Istanbul. Di jalan ini berdiri sejumlah kafe-kafe dan toko-toko atau outlet internasional. Selain itu, di sepanjang jalan Istiklal itu juga berdiri sejumlah konsulat-konsulat asing.
Berasarkan lansiran kantor berita swasta Turki, Dogan, dari 12 orang yang terluka itu antara lain adalah warga negara Jerman, Iran, dan Irlandia. Sebelumnya, pihak otoritas Israel menyebut, dua warga negara Israel juga menjadi korban dari serangan bom bunuh diri tersebut.
Hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, media Israel sempat melaporkan, pelaku bom bunuh diri itu teridentifikasi bernama Sabash Yildiz, seorang warga negara Turki berusia 33 tahun. Sabash diduga terkait dan merupakan pendukung dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).