REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia secara sepihak berencana memantau situasi gencatan senjata di Suriah mulai Selasa jika Amerika Serikat gagal menanggapi usul Moskow mengenai mekanisme pemantauan gabungan, kata kepala staf Rusia pada Senin (21/3).
Rusia pada 25 Februari menggagas mekanisme gabungan dengan Amerika Serikat guna memantau pelaksanaan gencatan senjata di Suriah. Tapi Washington belum memberi tanggapan, kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam satu pernyataan pada Sabtu (19/3).
"Dengan tak-adanya tanggapan AS atas usul itu, Rusia pada 22 Maret akan secara sepihak melaksanakan peraturan yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut," kata Sergei Rudskoi, Kepala Dikretorat Operasional Utama di Kementerian Pertahanan Rusia.
Ia menambahkan Rusia akan siap membahas mekanisme semacam itu dengan wakil AS. "Kegiatan bersama Rusia-AS mengenai Suriah telah berjalan pada banyak bidang, meskipun ada beberapa perbedaan antara kedua pihak," kata Rudskoi.
Pejabat tersebut juga menyatakan cara militer hanya dapat dilakukan ketika bukti yang layak memperlihatkan pelanggaran sistematis terhadap kesepakatan gencatan senjata di Suriah. Rencana dihentikannya permusuhan di bawah pengawasan Amerika Serikat dan Rusia berlaku pada akhir Februari di semua kota besar Suriah.
Sebagian besar gencatan senjata itu sejauh ini telah dipatuhi kendati ada pelanggaran sporadis. Rusia mulai menarik bagian utama tentaranya dari Suriah pada Selasa, setelah aksi udara selama lebih dari lima bulan di negara yang diporak-porandakan perang tersebut atas permintaan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry berencana mengunjungi Rusia pada Rabu (23/3) dan Kamis sehubungan dengan krisis Suriah.