Selasa 22 Mar 2016 08:27 WIB

Mengubah Makanan Ternak Kurangi Gas Rumah Kaca

Sekelompok onta berjajar menikmati makanan di peternakan unta masyarakat setempat di kawasan Hudaibiyah, pinggiran Kota Makkah.
Foto: Antara/Zarqoni/ca
Sekelompok onta berjajar menikmati makanan di peternakan unta masyarakat setempat di kawasan Hudaibiyah, pinggiran Kota Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Petani dapat segera membantu meringankan pemanasan global, setelah beberapa ilmuwan Australia mendapati bahwa buangan gas rumah kaca dapat dikurangi dengan mengubah makanan ternak.

Penelitian tersebut, yang hasilnya disiarkan oleh Organisasi Penelitian Industri dan Ilmiah Persemakmuran (CSIRO) pada Selasa (22/3), mendapati dengan mengubah makanan sapi dan ternak lain, potensi untuk mengurangi gas rumah kaca meningkat tajam.
 
Menurut SCIRO, ternak saat ini berjumlah tak kurang dari separuh dari "potensi peredaan" sektor pertanian global yang merupakan sumber terbesar kedua buangan gas setelah sektor energi. Penulis utama studi tersebut, Dr Mario Herrero mengatakan petani dapat memanfaatkan penelitian SCIRO untuk melaksanakan bagian mereka buat lingkungan hidup.
 
Namun, ia mengatakan penting buat pemerintah di seluruh dunia untuk menawarkan "insentif" yang benar kepada petani agar mengubah metode pertanian mereka, dengan tujuan memperoleh potensi pengurangan terbaik yang mungkin ada.
 
"Praktik penanganan baru seperti rotasi pemberian rumput dan makanan pelengkap dapat meningkatkan produksi ternak serta mengurangi buangan gas rumah kaca. Kita perlu meningkatkan pengesahan strategi yang berbeda ini dengan memastikan kita memiliki insentif yang benar. "Jika ditanganai secara tepat dengan kerangka peraturan yang benar, praktek ini juga dapat mencapai peningkatan kesehatan lingkungan hidup melebihi manfaat gas rumah kaca, misalnya dengan peningkatan lapisan tanah dan karbon tanah," kata Herrero.
 
Namun Herrero memperingatkan perubahan metode pertanian secara mencolok di negara berkembang dapat memiliki dampak besar pada ekonomi global, dan mengatakan penting untuk menyeimbangkan faktor sosial dan ekonomi dengan keuntungan lingkungan hidup.
 
"Hewan ternak memiliki peran pada makanan sehat yang berkelanjutan, dan sektor itu memiliki peran sosial dan ekonomi yang besar, terutama di negara berkembang. Kita perlu menyeimbangkan hasil sehat ini dengan keuntungan sosial dan ekonomi, dan pada saat yang sama meraih potensi pengurangan yang dapat ditawarkan oleh sektor peternakan," katanya.
 
Hasil studi tersebut disiarkan di jurnal Nature Climate Change pada Selasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement