REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan di Bandar Udara Brussels dan stasuin kereta metro pada jam sibuk di ibu kota Belgia pada Selasa yang merenggut 30 jiwa, sebuah kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok tersebut melaporkan.
Kantor berita Amaq mengatakan, para pengebom bunuh diri dari kelompok itu, yang menggunakan sabuk bahan peledak, telah melakukan dua serangan tersebut. Media Belgia melaporkan, polisi sedang memburu seorang penyerang yang hidup.
Serangan-serangan terkoordinasi memicu kewaspadaan keamanan di seantero Eropa dan mengundang pernyataan dukungan global, empat hari setelah polisi Brussels menangkap tersangka utama yang masih hidup dalam serangan-serangan ISIS di Paris, November lalu.
Seorang saksi mata mengatakan, ia mendengar teriakan-teriakan dalam bahasa Arab dan tembakan-tembakan beberapa saat sebelum dua serangan itu menghantam bagian keberangkatan bandara yang penuh sesak di Brussels.
Media Belgia memublikasikan sebuah gambar kamera keamanan tampak tiga pemuda yang mendorong troli berisi barang-barang di bandara itu dan melaporkan bahwa polisi menyangka mereka adalah calon penyerang.
Mereka mengatakan, dua tersangka telah meledakkan diri, sementara polisi memburu seorang lagi. Amaq melaporkan klaim tanggung jawab tersebut beberapa jam setelah serangan-serangan pagi hari.
"Para petempur Negara Islam melepaskan tembakan di dalam Bandara Zaventem, sebelum beberapa di antara mereka meledakkan bahan-bahan peledak, sementara seorang pengebom meledakkan sabuk bahan peledaknya di Stasiun Metro Maalbeek," katanya.
Ledakan-ledakan tersebut terjadi setelah penangkapan seorang tersangka di Brussels yang ikut melakukan serangan-serangan di Paris yang menewaskan 130 orang. Polisi dan pasukan tempur Belgia di jalan-jalan telah bersiaga atas aksi pembalasan, tetapi serangan-serangan terjadi di kawasan-kawasan padat tempat orang-orang dan tas-tas tidak digeledah.