REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Belanda mengevakuasi dan menutup konsulatnya di Istanbul, Turki. Kementerian Luar negeri Belanda mengatakan, hal tersebut dilakukan karena kemungkinan ancaman teror.
"Menteri Luar Negeri Bert Koenders memutuskan menutup sementara konsulat Belanda di Istanbul setelah kemungkinan ancaman teror," katanya dalam sebuah pernyataan dilansir Middle east Online, Rabu (23/3).
Langkah ini dilakukan setelah serangan terbaru pada Sabtu (19/3) yang menewaskan tiga warga Israel dan Iran di wilayah sibuk Istanbul. Otoritas Turki menyalahkan serangan kepada kelompok Negara Islam (ISIS).
Namun, Koenders tidak bisa mengungkapkan ancaman seperti apa yang diterima pihaknya. "Untuk alasan yang jelas, kita tidak bisa mengatakan lebih banyak tentang ancaman dan dari mana asalnya," ujar Koenders.
Sekitar 40 orang berada di konsulat ketika dievakuasi. Sementara pejabat terus bekerja dari berbagai lokasi lain. "Keamanan rekan-rekan saya dan pengunjung ke lembaga kami adalah prioritas utama," tambah Koenders.
Turki telah menderita salah satu gelombang terbesar terorisme dalam sejarah. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah untuk membalas serangan yang terjadi. ISIS disalahkan untuk empat dari enam bom yang mengguncang Turki dalam delapan bulan terakhir, termasuk pembantaian di aksi damai di Ankara pada Oktober yang menewaskan 103 orang.
Sebuah cabang radikal pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengklaim dua serangan lainnya. Misi diplomatik dan sebuah sekolah di Ankara ditutup pada Kamis di Istanbul untuk alasan keamanan.