REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) akan menyelenggarakan Konferensi Internasional Pemimpin Islam Moderat pada Mei mendatang. Acara tersebut akan mengundang para ulama dunia dalam upaya menciptakan gagasan perdamaian untuk mengakhiri krisis yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika.
Katib Syuriah PBNU Yahya Cholil Staquf menilai negara-negara di Timur Tengah, seperti Iran, Irak, Suriah, Afghanistan, dan lainnya, berada dalam posisi terjepit untuk menyudahi peperangan yang tak kunjung usai. "Siapa yang bisa menginisiasi perdamaian, apakah Saudi? Suriah? Iran? Tidak bisa, karena mereka terlibat dalam konflik," jelasnya ketia menggelar konferensi pers di kantor PBNU, Rabu (23/4) malam.
Ia juga ragu negara adidaya seperti Rusia dan Amerika Serikat dapat meredam gejolak, lalu mempelopori perdamaian di Timur Tengah. "Karena mereka juga terlibat konflik," ujar Yahya.
Oleh karena itu, Indonesia, kata dia, menjadi negara paling memungkinkan untuk memprakarsai terjadinya perdamaian di Timur Tengah dan Afrika. "Karena kita juga negara Muslim terbesar di dunia," ujar lelaki yang kerap disapa Gus Yahya tersebut.
Namun, ia menerangkan, langkah dan upaya untuk menyelesaikan konflik dan krisis Islam di Timur Tengah tidak bisa dilakukan tanpa dukungan negara. "Maka dari itu, kami ingin pemerintah Indonesia, juga negara-negara lain bisa terlibat," katanya.
Konferensi Internasional Pemimpin Islam Moderat akan digelar di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, pada 8 Mei hingga 11 Mei mendatang. Konferensi ini rencananya akan mengundang tokoh dan ulama dari 40 negara.
Baca juga, Saudi Siap Kirim Pasukan Darat ke Suriah.