Kamis 24 Mar 2016 15:31 WIB

Cina Tegaskan Perang Lawan Terorisme

Penumpang menunggu dengan barang-barang mereka dekat bandara Brussels di Zaventem, Belgia, (22/3). Puluhan orang tewas dan terluka dalam ledakan ganda di ruang keberangkatan dari Bandara Zaventem di Brussels.
Foto: EPA
Penumpang menunggu dengan barang-barang mereka dekat bandara Brussels di Zaventem, Belgia, (22/3). Puluhan orang tewas dan terluka dalam ledakan ganda di ruang keberangkatan dari Bandara Zaventem di Brussels.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri Cina Li Keqiang menegaskan Cina menyatakan perang dan menentang segala bentuk aksi terorisme.

Penegasan itu disampaikannya saat membuka Boao Forum for Asia (BFA) di Provinsi Hainan, Cina terkait serangan bom di Brussels, Belgia. "Kami juga menyatakan duka cita mendalam kepada para korban," kata Li, Kamis (24/3).

Rangkaian teror bom terjadi di sejumlah tempat di Brussels, Belgia, Selasa (22/3). Masing-masing dua ledakan di Bandara Brussels, dan satu ledakan di Stasiun Metro Maalbeek, dan menewaskan sekitar 34 orang.

Akibat peristiwa tersebut Perdana Menteri Belgia Charles Michel pun terpaksa membatalkan kehadirannya dalam BFA 2016, yang dihadiri pula oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Dalam pidato pembukaan BFA, Li mengajak semua negara di Asia bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan serta menjadikan Asia sebagai kunci pengendali perekonomian dunia.

"Salah satu alasan penting mengapa Asia mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat, dalam beberapa dekade terakhir karena kawasan ini mampu memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan," katanya.

Li Keqiang menegaskan dialog dan kerja sama adalah kunci utama untuk menyelesaikan berbagai persoalan di kawasan. Kerja sama dan koordinasi yang baik diantara negara-negara Asia juga menjadi kunci untuk mencari jalan keluar dari situasi ekonomi global yang tengah mengalami kesulitan.

BFA 2016 berlangsung 22 hingga 25 Maret bertemakan Asia's New Future: New Dynamics and New Vision. Dihadiri sekitar 2.000 peserta dari sekitar 60 negara guna membahas berbagai topik antara lain terkait kondisi makro-ekonomi, politik, kewirausahaan, inovasi, dan kebudayaan.

 

Baca juga: Xi Jinping akan Hadiri KTT Keamanan Nuklir

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement