REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon kandidat terdepan untuk Presiden AS dari partai Republik, Donald Trump mengancam akan berhenti beli minyak dari negara-negara Arab.
Jika terpilih, ia mengatakan, AS akan berhenti beli minyak dari Arab Saudi dan negara Arab lain kecuali pemerintah Saudi juga mengirim pasukan untuk melawan ISIS. Komentarnya tersebut dipublikasikan oleh New York Times pada Sabtu (26/3) setelah wawancara soal kebijakan luar negeri.
Ia ditanya, apakah akan menghentikan pembelian minyak dari sekutu AS kecuali mereka mengirim pasukan darat untuk melawan ISIS. "Jawabannya adalah, mungkin iya," kata Trump.
Menurutnya, AS harus dibayar oleh negara-negara yang sudah AS lindungi, termasuk eksportir minyak utama Arab Saudi. "Kami tidak dibayar untuk layanan menakjubkan, yaitu menyediakan perlindungan pada sejumlah negara, sekarang Saudi Arabia termasuk," katanya.
Menurut miliarder ini, Arab Saudi tidak akan ada tanpa perlindungan AS. Selain menyinggung hal tersebut, Trump juga mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengizinkan Jepang dan Korsel membangun sendiri perangkat nuklirnya untuk melindungi diri sendiri.
Hal ini, menurutnya, daripada mengandalkan AS untuk melindungi mereka dari Korut dan Cina. Trump juga mengatakan bahwa AS sudah melakukan banyak hal untuk sekutu internasional, seperti NATO dan PBB namun tidak menerima hal sepadan.
"Kita sudah tidak dihormati, dicaci dan dimaki selama bertahun-tahun oleh orang-orang yang lebih pintar dan kuat," kata dia pada Times.
Sehingga menurutnya, dalam program kebijakan luar negeri 'Amerika yang pertama', ia akan membangkitkan AS kembali. "Kita akan tetap bersahabat untuk siapa pun, tapi kita tidak akan membiarkan siapa pun memanfaatkan kita," katanya.
Selain soal ini, Trump juga berkomentar soal kebangkitan Cina dalam perdagangan namun ia tidak menjelaskan rencananya berhadapan dengan mereka.