REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Ratusan aktivis garis keras Pakistan menggelar protes di dekat gedung parlemen dan terlibat bentrok dengan polisi terkait eksekusi seorang pria yang mereka anggap pahlawan dalam kasus pembunuhan gubernur soal Undang-Undang Penghujatan Agama, Ahad (27/3).
Polisi menembakkan gas air mata kepada para pengunjuk rasa yang berkumpul sekitar 700 meter dari gedung parlemen di Ibu Kota Pakistan di Islamabad, demikan tayangan televisi lokal Geo TV. Mengalirnya dukungan terhadap mantan pengawal Mumtaz Qadri yang dieksekusi memicu meningkatnya ketegangan antara kelompok garis keras Islam dan pemerintah sipil Pakistan yang berjanji akan menindak kaum ekstremis.
Lebih dari 60 orang, mayoritas dari mereka adalah petugas kepolisian, terluka dalam bentrokan itu, demikian pernyataan petugas rumah sakit kepada Kantor Berita Reuters. "Mereka semua luka ringan, seperti terkena lemparan batu," kata
dr Aisha Issani selaku juru bicara Rumah Sakit PIMS.
Pada Ahad tengah malam, militer diperintahkan untuk mengamankan situasi tersebut. "Angkatan Darat diambil alih oleh pemerintah untuk mengendalikan situasi dan mengamankan Zona Merah," kata juru bicara militer Jenderal Asim Bajwa dalam akun resmi Twitternya menunjuk pada kawasan di sekitar gedung parlemen.
Para pendukung percaya Qadri seorang pembela Islam dengan membunuh Gubernur Punjab yang populer Salman Taseer karena Taseer mengkritik Undang-Undang Pakistan yang mengamanatkan hukuman mati bagi penista ajaran Islam atau penghina Nabi Mohammad SAW.
Baca: Sejarah Hari Ini: Kecelakaan Nuklir Paling Serius dalam Sejarah AS