REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan Dalai Lama dianggap melecehkan Budha Tibet dengan mengindikasikan dia mungkin tidak bereinkarnasi atau reinkarnasi menjadi sesuatu yang tak layak dan tidak bisa diterima keimanan, tulis pejabat Cina, Senin (28/3).
Cina menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke pengasingannya di India setelah kegagalannya memberontak penguasa China pada 1959, adalah seorang pelaku kekerasan separatis. Dia menyangkal melakukan kekerasan dan menyatakan bahwa dia hanya menginginkan otonomi sejati bagi Tibet.
Permusuhan di antara kedua belah pihak dan persaingan mereka dalam mengendalikan Budha Tibet merupakan inti perdebatan atas reinkarnasi tersebut. Budha Tibet menyatakan bahwa jiwa seorang Lama senior akan bereinkarnasi ke jiwa anak kecil saat kematiannya.
Cina menyatakan tradisi harus dilanjutkan dan para pemimpin ateis Komunis memiliki hak untuk menyetujui pengganti Dalai Lama sebagaimana yang diwariskan kekaisaran Cina.
Biarawan yang meraih penghargaan Nobel Perdamaian itu mengindikasikan jabatannya berakhir pada saat dia meninggal dunia. Cina menuduhnya pengkhianat dan tidak sopan terhadap agama yang dianut warga Tibet melalui pernyataan bahwa tidak mungkin ada reinkarnasi lagi.
Menulis dalam media yang dikelola negara Global Times, Ketua Komisi Etnis dan Urusan Agama Zhu Weiqun dari badan penasihat tertinggi parlemen China menyatakan bahwa Dalai Lama harus menghormati agama dan sejarah tradisi reinkarnasi.
"Dalai Lama terus mengumumkan reinkarnasinya sebagai masalah agama semata dan sesuatu yang hanya dapat dia putuskan, namun dia tidak punya cara untuk memaksa kekaguman dari orang beragama," tulis Zhu yang dikenal sikap kerasnya di Tibet.
"Dia sudah menyatakan dia akan menjelma sebagai orang asing, sebagai seekor lebah, sebagai gadis berambut pirang yang nakal, atau bahkan mengusulkan kehidupan reinkarnasi atau mengakhiri bereinkarnasi," ujarnya menambahkan.
"Semua ini, terlepas dari merendahkan Budha Tibet, sama sekali tidak berguna untuk membebaskan dia dari kesulitan bereinkarnasi," tulis Zhu yang terlibat dalam kegagalan upaya masa lalu Beijing untuk berunding dengan beberapa perwakilan Dalai Lama.
Warga Tibet di pengasingan khawatir Cina yang akan memutuskan pengganti pemimpin berusia 80 tahun itu sehingga menimbulkan preseden. Pada 1995, setelah Dalai Lama menyebut seorang bocah laki-laki di Tibet sebagai penjelmaan dari Panchen Lama sebelumnya, tokoh tertinggi kedua dalam Budha Tibet, Cina menempatkan anak kecil tersebut dalam tahanan rumah dan memilih orang lain.
Zhu juga menyatakan bahwa Cina telah berhasil membuat lebih sedikit pemimpin luar negeri yang bersedia untuk menemui Dalai Lama, karena memicu kemarahan dari negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.