REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif menuntut perbaikan kerja sama badan keamanan dalam menangani teror, satu hari setelah bom bunuh diri menewaskan lebih 70 orang di Lahore, Ahad (28/3).
Sharif mengunjungi beberapa korban terluka di rumah sakit. Pada pertemuan para pejabat keamanan, Sharif mengatakan terjadi peningkatan tuntutan masyarakat terkait usaha menangani para milisi.
"Sejumlah orang telah ditangkap dan senjata disita lewat lima operasi keamanan,’’ kata militer seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (29/3).
Sharif menambahkan, mengalahkan terorisme adalah keharusan. Sharif menegaskan pasukan keamanan harus pergi bertindak setelah militan sebelum mereka mampu untuk menyerang lagi.
"Saya ingin lebih proaktif koordinasi antara penegak hukum dan badan-badan intelijen. Provinsi harus mempercepat operasi berbasis intelijen melawan teroris,’’ ujarnya.
Juru bicara militer Pakistan Jenderal Asim Bajwa mengatakan pasukan keamanan telah melakukan penggerebekan di Lahore, Multan, dan Faisalabad. "Sejumlah teroris tersangka dan fasilitator ditangkap. Senjata dan amunisi disita,’’ ujarnya.
Kelompok pendukung Taliban, Jamaat-ul-Ahrar mengaku melakukan penyerangan terhadap umat Kristen yang sedang merayakan Paskah. Paling tidak 300 orang terluka. Para pejabat memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat.
Daerah tersebut lebih ramai dari biasanya karena anggota masyarakat minoritas Kristen di Lahore sedang berkumpul untuk merayakan Paskah di taman. Meskipun demikian, sebagian besar korban serangan itu adalah warga Muslim.
Paling tidak satu pemakaman telah dilakukan pada Senin (28/3). Sahil Pervez (11 tahun), seorang anak laki-laki beragama Kristen menjadi salah satu korban tewas serangan bom bunuh diri tersebut.
Baca: Sejarah Hari Ini: Air Terjun Niagara Berhenti Mengalir