REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Presiden Benigno Aquino membuka konferensi WAN-IFRA 2016 (Asosiasi Surat Kabar dan Penerbit Berita Dunia) di The Manila Hotel, Filipina pada Rabu (30/3).
Dalam sambutannya, Aquino mengaku antusias dengan konferensi WAN-IFRA yang diselenggarakan di negaranya. Selain itu dia juga mendukung adanya kebebasn pers, terutama di kawasan Asia Pasifik.
Aquino juga menyatakan Industri penerbitan berita sedang mengalami transformasi radikal. Berkembang dari media cetak tradisional menjadi media digital dengan berbagai platform. Aquino mengharapkan peserta konferensi dapat bertukar informasi antara industi media di seluruh Asia.
"Saya selalu mengharapkan ide-ide dari jurnalis, media harus terdepan dan terus berkembang," kata Aquino dalam pidatonya, Rabu (30/3).
Konferensi dengan nama Publis Asia 2016 itu tidak hanya membahas soal perkembangan media, tapi juga membicarakan isu-isu manajemen dan bisnis yang dihadapi media saat ini, termasuk adanya model bisnis baru dan aliran pendapatan. WAN-IFRA 2016 juga menawarkan isu-isu berat yang menjadi tantangan media, yaitu kebebasan pers dan keselamatan wartawan yang berkelanjutan.
Konferensi dihadiri 300 eksekutif media dari 30 negara. Acara berskala internasional itu digelar selama tiga hari, 29-31 Maret.
Presiden dari partai Liberal itu merasa dekat dan bersahabat dengan media. Bahkan Aquino mengungkapkan orang tuanya pernah mendirikan sekolah jurnalis. Namun kenyataanya, Federasi Jurnalis Internasional mengidentifikasi Filipina sebagai tempat paling berbahaya kedua di dunia untuk wartawan setelah Irak.
Tidak tanggung-tanggung setidaknya 309 wartawan tewas dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 30 di antaranya terjadi pada masa Aquino.
Baca: Penyanderaan 10 WNI Jadi Berita Utama Harian Filipina